Dampak Kecanduan pada Anak Lebih Kuat Dibanding ke Orang Dewasa, Waspadalah!

Selasa, 01 Juni 2021 – 13:58 WIB
Ilustrasi asap rokok (Pexels)

jpnn.com, JAKARTA - Dampak kecanduan merokok terhadap anak dan remaja lebih kuat dibanding orang dewasa.

Karena itu, para orang tua harus melindungi anak dari bahaya merokok.

BACA JUGA: Waspada jika Anak Tampak Pucat dan Gampang Lelah!

Spesialis penyakit dalam dari Universitas Gadjah Mada dr. Pandang Tedi Adriyanto mengatakan, salah satu kandungan kimia yang ada pada rokok adalah nikotin yang bisa menimbulkan kecanduan.

"Semakin dini mulai merokok, akan semakin sulit untuk berhenti. Selain itu, kecanduan rokok bisa menjadi pintu gerbang untuk mencoba narkoba jenis lainnya," ujar dokter Pandang.

BACA JUGA: Coba Diet Cara ini, Berat Badan Bisa Turun dalam 10 Hari

Bukan cuma itu, semakin muda seseorang mulai merokok, semakin besar pula risiko kerusakan organ paru-paru dan organ lain seperti pembuluh darah dan jantung.

Dokter spesialis penyakit dalam di Primaya Hospital Sukabumi itu juga mengingatkan, bahaya paparan nikotin terhadap tumbuh kembang anak.

BACA JUGA: Perokok Lebih Rentan Terjangkiti COVID-19, Percaya Enggak?

Yakni, gangguan kecerdasan dan tingkah laku hingga gangguan konsentrasi, karena ada kerusakan pada korteks cerebri.

Orang tua harus menyadari, kebiasaan merokok tak cuma berdampak buruk bagi diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain, termasuk buah hati mereka.

Seorang anak bisa jadi perokok perokok pasif bila dikelilingi lingkungan orang-orang perokok, baik di rumah, sekolah atau tempat bermain.

"Bahkan anak dalam kandungan bisa disebut menjadi perokok pasif bila ibu yang mengandungnya merokok saat hamil," katanya.

Anak juga bisa jadi perokok tangan ketiga, yakni mereka yang menghirup racun dari asap rokok yang diembuskan perokok, kemudian menempel dan mengontaminasi benda-benda atau tubuh.

Kementerian Kesehatan mencanangkan sebanyak 5 juta orang berhenti dari kebiasaan merokok melalui serangkaian program kerja yang digaungkan pada peringatan Hati Tembakau Sedunia 2021 yang jatuh pada 31 Mei.

Prevalensi perokok pada kelompok usia anak-anak 10-18 tahun, meningkat 7,2 persen 2013 menjadi 9,1 hingga 2018.

Kebiasaan merokok menyumbang presentase angka kematian terbesar kedua di Indonesia setelah hipertensi, sebab merokok menyebabkan banyak penyakit tidak menular.

Seperti kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit paru oktsotivcoronis, stroke, serta penyakit yang berhubungan dengan kanker lainnya.

Pada 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan penggunaan tembakau membunuh lebih dari 8 juta orang setiap tahun yang terdiri atas 7 juta orang pengguna aktif tembakau, sedangkan 1,2 juta orang merupakan perokok pasif.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler