Dan, Damai di Bumi!

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Senin, 27 Desember 2021 – 12:10 WIB
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Novel lawas itu diterjemahkan dari versi asli Bahasa Jerman ‘’Und fiede Auf Erden!’’ yang terbit pertama di Freiburg, Jerman pada 1904.

Sudah berusia seabad lebih, tetapi masih banyak dibaca orang di berbagai penjuru dunia. Sudah berusia seabad lebih, tetapi masih relevan dengan kondisi saat ini.

BACA JUGA: Pesan Natal untuk Dunia, Paus Fransiskus Sebut Orang-Orang Ini Penista Tuhan

Paus Fransiskus dalam khotbah Natal di Gereja Basilika Vatikan (25/12) berdoa agar umat manusia di seluruh dunia segera terbebas dari penyakit Covid-19 yang mematikan.

Seperti biasanya, Paus juga menyampaikan pesan perdamaian dan menyatakan pentingnya dialog untuk menyelesaikan berbagai konflik di dunia.

BACA JUGA: Membaca Karl May Si Penulis Ulung

Dalam pidato "Urbi et Orbi" atau pesan kepada dunia, Paus menyoroti meningkatnya polarisasi dalam hubungan personal dan internasional, dan mengatakan bahwa semua persoalan besar itu harus diselesaikan melalui dialog.

Paus menyerukan agar orang-orang dan pemimpin dunia saling berbicara dengan satu sama lain, alih-alih saling berkeras kepala.

BACA JUGA: Alumnus Harvard: Hidup Toleran adalah Ciri Kepribadian Bangsa Indonesia

Dengan jarak yang makin diperburuk dengan adanya pandemi Covid-19, kapasitas sosial manusia sedang diuji karena terdapat kecenderungan untuk menarik diri dan menghindari dialog.

Bagi Karl May, ada satu penyakit yang paling berbahaya sekaligus mematikan, yaitu prejudice atau syak wasangka, karena penyakit itu bisa menghancurkan persatuan umat manusia di seluruh dunia. Penyakit itulah yang harus dihancurkan kalau dunia mau damai.

Itulah pesan yang ingin disampaikan Karl May melalui ‘’Dan, Damai di Bumi!’’. Melalui tokoh Charlie yang menjadi representasi ‘’aku’’ Karl May berkeliling dunia, bertemu dan berbicara dengan berbagai karakter manusia di dunia.

Charlie bertemu dengan karakter bangsa Eropa yang congkak dan merasa paling benar. Charlie mendalami karakter bangsa Timur yang kaya kebijaksanaan, dan Charlie melihat Islam sebagai potensi kekuatan yang sedang tidur.

Dengan gaya bertuturnya yang menawan, Karl May menunjukkan cara pandang bangsa Eropa yang keliru terhadap bangsa-bangsa lain di seluruh dunia.

Edward Said menulis buku satu abad kemudian ‘’Orientalism’’ (2001), yang menggugat cara pandang Eropa yang sesat itu. Karl May mengungkap prejudice Eropa dengan cara bertutur, sedangkan Said merumuskannya menjadi teori sosial yang sampai sekarang dianggap paling valid.

Sebagian besar masyarakat Eropa mengganggap novel Karl May sebagai kemenangan Eropa atas bangsa-bangsa lain di dunia. Bangsa Eropa sebagai pembawa peradaban dan bangsa-bangsa lain di dunia harus berada di bawah kekuasaan Eropa—terutama agama Kristen.

Edward Said menyebutnya sebagai konsep ‘’white man’s burden’’, beban sejarah manusia kulit putih untuk menyebarkan peradaban ke seluruh dunia. Penjajahan kolonialisme Barat ke Timur dianggap sebagai misi suci untuk memperadabkan Timur, padahal dalam praktiknya misi itu adalah misi penaklukan dan penghancuran.

Cara pandang yang keliru itulah yang coba dihapus Karl May. Namun, orang Eropa justru tidak bisa menangkap pesan itu. Karena itu Karl May menambahkan satu bab lagi untuk menegaskan bahwa tidak ada bangsa mana pun yang mengungguli bangsa lainnya.

Ada beberapa karakter tokoh inti dalam novel ini. Ada Sayyid Omar, seorang muslim asal Mesir, berprofesi gembala keledai yang setia dan pintar, terutama dalam hal mempelajari bahasa asing.

Ungkapan Sayyid Omar menunjukkan potensi kekuatan Islam di negeri-negeri timur. Potensi ini menjadi kekuatan besar kalau sudah bangun dari tidur. ‘’Di Negeri Timur, terdapat banyak raksasa tidur. Salah satu raksasa yang saya maksud adalah Islam. Ia sedang tidur.’’

Ada juga gambaran positif mengenai bangsa Melayu. Semula orang Barat meremehkan bangsa ini. Namun, setelah berinteraksi pandangan itu berubah.

“Betapa berbeda pandangan saya mengenai orang Melayu dahulu dan sekarang, mereka orang terbaik di dunia, gagah, cerdas, bertenggang rasa, lembut, pemaaf, tidak egois, adil, dan terutama ramah. Makin lama saya makin yakin bahwa kita seharusnya mencontoh mereka”.

Dalam novel ini ada tokoh antagonis, seorang misionaris Amerika bernama Waller yang keras kepala, menganggap bangsa Asia bodoh, dan bertekad menyebarkan agama Kristen dengan cara apa pun.

Karakter Waller ini mewakili gambaran orang kulit putih yang congkak dan merasa superior.

Dikisahkan, Charlie yang saat itu sedang berada di Mesir bertemu dengan Sayyid Omar dan Waller. Tujuan mereka kebetulan sama yakni menuju Asia Timur. Karl May bersama Sayyid Omar bertualang ke Asia Timur untuk mengetahui wilayah-wilayah Asia.

Sedangkan Waller berambisi menundukkan seluruh bangsa Asia yang dianggapnya bodoh, kafir, dan penyembah berhala.

Ia tak segan menyerang siapa pun yang tidak menganut agamanya. Waller juga berniat membakar seluruh tempat ibadah di wilayah Asia.

Ambisi Waller didukung oleh semangat kolonialisme yang berkembang pesat pada 1900. Bangsa Eropa tak hanya ingin mengeksploitasi kekayaan Asia, tetapi juga ingin menyebarkan agama Kristen sebagai bentuk kedigdayaan peradaban Eropa.

Dalam perjalanannya Waller bertemu Fu seorang penganut konfusianisme. Fu berusaha menjelaskan persamaan antara ajaran Kristen, Konfusius, dan seluruh agama kepercayaan yang ada di seluruh bumi. Inti kesamaan ajaran tersebut, menurut Fu, “Takutilah Tuhan, sayangi sesama, dan hormati semua orang”.

Bukan hanya Waller yang menganggap bahwa bangsa Timur kafir dan bodoh dalam segala hal, melainkan hampir seluruh bangsa Eropa beranggapan demikan. Ini tentu membuat Karl May gusar.

Karl May pun membongkar sisi jahat kolonialisme yang paling berbahaya yaitu menyebarkan prasangka untuk mengamankan kepentingannya.

Bagi Karl May prasangka adalah penyakit yang mematikan, karena dapat menghancurkan persatuan umat manusia. Jika prasangka dapat dimusnahkan, maka akan tercipta kedamaian di bumi. Itulah misi utama May.

Nilai-nilai perdamaian yang dibawa May lebih banyak bertumpu pada nilai Kristen. Meski demikian, ia berusaha menampilkan nilai-nilai yang universal. Ia menjadikan ceritanya sebagai alat untuk menyebarluaskan nilai-nilai perdamaian, persahabatan, pengampunan, dan toleransi.

Karl May mengakui potensi agama lain seperti konfusianisme dan Islam. Melalui tokoh Sayyid Omar, Karl May mengungkap nilai-nilai Islam yang egaliter dan demokratis. Melalui tokoh Sayyid Omar terungkap potensi Islam sebagai kekuatan besar yang masih tidur.

Karl May bercerita dengan sangat detail mengenai negara-negara di Timur. Kecekatannya dalam bercerita dan menggambarkan detail sangat mengagumkan, meskipun Karl May tidak pernah benar-benar melakukan petualangan di negara-negara itu. Ia mengumpulkan bahan-bahan dari ensiklopedia, kamus, buku-buku tentang geografi, etnologi, kamus ilmiah, peta, serta laporan dari para pengelana.

Petualangan Karl May memberi pelajaran penting bagi umat manusia, tidak terkecuali bagi manusia Indonesia. Penyakit prasangka masih belum hilang dari dunia. Ada kesombongan, kecongkakan, sikap sok kuasa, meremehkan orang lain, dan ingin menghabisi orang lain.

Itu adalah sikap-sikap jahat warisan kolonial yang masih tetap hidup sampai sekarang. Kekuatan politik yang sedang berkuasa menjalankan pemerintahan dengan sikap sok kuasa dan ingin menihilkan mereka yang dianggap tidak sejalan.

Karl May berusaha menghidupkan sikap toleran dan lapang dada dalam perbedaan, baik budaya, agama, maupun warna kulit. Novel ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberi semangat baru untuk menghadapi kehidupan, yang hingga kini masih diliputi rasa prasangka dan curiga.

“Bawalah warta gembira ke seantero dunia
Tetapi tanpa mengangkat pedang tombak,
Dan jika engkau bertemu rumah-ibadah,
Jadikanlah ia perlambang damai antarumat.
Berilah yang engkau bawa, tetapi bawalah hanya cinta,
Segala lainnya tinggalkan di rumah.
Justru karena ia pernah berkorban nyawa,
Dalam dirimu kini ia hidup selamanya.”  (*)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler