jpnn.com - JAKARTA — Pagu indikatif yang ditetapkan Depdiknas untuk tahun anggaran 2009 sebesar Rp 51,533 triliun dinilai kalangan Legislator Senayan terlalu kecil, mengingat angka tersebut belum memperhitungkan persentase inflasi imbas kenaikan BBM pada 24 Mei lalu.
"Saya rasa Mendiknas terlalu berani mematok anggaran pendidikan di Indonesia hanya 51 triliun lebih," ujar anggota Komisi X DPR RI Sudigdo Adi dalam Raker dengan Mendiknas, Senin (16/6).
Kader FPDIP ini menilai jumlah tersebut tidak relevan dengan kondisi riil di lapangan, di mana suku bunga bank meningkat, harga barang melonjak sehingga mendongkrak naiknya angka inflasi"Kalau mau hitung-hitungan yang benar harusnya Depdiknas memperhitungkan angka inflasi, deflasi terhadap nilai rupiah," tandasnya.
Minimnya jumlah anggaran pendidikan ini, lanjut Sudigdo, akan mengurangi mutu pendidikan di Indonesia
BACA JUGA: Nilai Rata-rata UN Meningkat
Di antaranya anggaran penelitian dipotong, pendidikan gratis berkurang, tunjangan profesi untuk dosen/guru berkurang, anak putus sekolah juga bertambah"Anggaran pendidikan harus mendapatkan alokasi yang besar karena ini menyangkut perbaikan mutu SDM di Idonesia," tegasnya.
Hal senada diutarakan Boy Saul
BACA JUGA: Mendiknas Janjikan Bantuan
anggota legislatif dari PDSBaik Sudigdo maupun Boy menilai angka Rp 51,533 triliun tidak pas untuk masa sekarang, apalagi pada TA 2007/2008 plafon anggaran Depdiknas mencapai Rp 49,7 triliun"Masa' cuma bertambah 2 miliar lebih sementara kondisi saat ini makin sulit pasca kenaikan BBM," cetus Sudigdo.
Sebelumnya, dalam rapat konsolidasi antara pemerintah pusat dan daerah pada 9 Juni lalu, Kadis Diknas Sulut Djouhari Kansil mengungkapkan anggaran yang diajukan untuk 2009 sebesar Rp 403,179 miliar, meningkat dari TA 2008 yang hanya Rp 317,184 miliar(esy/jpnn)
Redaktur : Tim Redaksi