Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Kapusdatinmas) Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB), DR Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, saat ini dana untuk tahap prabencana sangat kecil, hanya 0,001 persen dari APBD. Padahal dana itu digunakan untuk sosialisasi dan pelatihan-pelatihan penanggulangan bencana.
“Setidaknya untuk tingkat prabencana dibutuhkan dana sekitar satu persen dari APBD,” ujarnya ditemui di sela-sela pembukaan pelatihan peningkatan kapasitas wartawan dalam penanggulangan bencana, di Hotel Peninsula, Selasa (14/5).
Menurutnya, secara nasional pun sama, dana dari pemerintah ada Rp15 triliun. Dana itu tersebar di 37 Kementerian Lembaga dan bagian BNPB hanya Rp1 triliun. “Setelah itu, ketika terjadi bencana atau ketika tanggap darurat ataupun pascabencana nilainya ditentukan berdasarkan besaran bencana yang ada dan tidak bisa ditentukan berapa persen yang harus disiapkan,” terangnya.
Di Sumsel, sambungnya, dari tahun 1900 hingga sekarang, hampir 48 persen banjir dan puting beliung sekitar 27 persen. Hampir 346 kejadian bencana di Sumsel. Bencana paling banyak terjadi di Kabupaten Lahat lebih dari 36 kejadian bencana yang umumnya banjir, longsor, dan puting beliung. Yang kedua di OKI dan sekitar Muara Enim yang sering terjadi bencana banjir. Sedangkan di Prabumulih dan Lubuk Linggau paling jarang terjadi bencana.
“Namun, jika dilihat dari paling banyak korban bencana, yakni di Lahat dan Pagaralam yaitu bencana banjir dan longsor,” katanya.
Ia mengatakan, BNPD dan BPBD khususnya, memiliki tugas kemanusiaan yakni mengedukasi kepada masyarakat terhadap penanggulangan bencana, setelah terjadi bencana pun masih melakukan bantuan penanganan pascabencana.
“Oleh karena itu, BNPB mendorong kepala daerah bersama legislatif meningkatkan budget atau anggaran untuk penanggulangan bencana,” pungkasnya. (cj8/via/ce5)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Usai Divonis, Terdakwa Kabur
Redaktur : Tim Redaksi