Dana UN Sumsel Rp10 M

Kamis, 28 Maret 2013 – 09:16 WIB
PALEMBANG – Untuk pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tahun ini, Sumsel memperoleh alokasi dana Rp10 miliar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Sekitar 80 – 90 persen dari dana itu dibagikan ke kabupaten/kota di Sumsel. Yakni untuk monitoring, penggandaan kartu ujian peserta, dan cetak hasil UN.

“Jumlah ini kurang lebih sama dengan tahun lalu,” ucap Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Sumsel sekaligus Ketua Pelaksana UN Sumsel, H Bonny Safrian, kemarin.

Besaran alokasi per daerah disesuaikan dengan jumlah siswa. Masing-masing siswa mendapat alokasi berbeda.

Untuk SMP Rp25 ribu, SMA Rp 27 ribu, dan SMK Rp25 ribu. Dikatakan Bonny, distribusi soal UN dipastikan tiba di Sumsel pada 11 dan 12 April mendatang (H-3) dari hari pertama UN jenjang SMA sederajat, 15 April.

Dikatakannya, tahun ini masalah pendistribusian soal dan lembar jawaban UN sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak percetakan. Ada sedikit perubahan dari rencana awal dimana informasinya soal langsung didistribusikan ke daerah.

“Soal akan mampir ke gudang  provinsi dulu, baru didistribusikan ke kabupaten/kota dalam empat rute pengiriman,” bebernya.

Disdik Sumsel telah menyusun keempat rute pendistribusian tersebut. Rute pertama yakni Banyuasin, Muba, Lubuklinggau, Mura dan Empat Lawang. Untuk rute kedua yakni Prabumulih-Muara Enim-Lahat dan Pagaralam. Rute ketiga meliputi Ogan Ilir, OKI, OKU, OKUT, dan OKUS).

"Palembang merupakan rute terakhir, distribusinya pada H-1. Kalau tiga rute lainnya mulai H-3," cetus Bonny. Dikatakannya, untuk daerah tertinggal, naskah soal akan tiba lebih awal, yakni sekitar H-4 jelang UN. Menurut Bonny, di Sumsel ada sejumlah daerah yang masuk kategori khusus sehingga pendistribusian naskah ujian dimulai lebih awal.

Di antaranya Lahat, Empat Lawang, Musi Rawas, OKI, OKUS dan Muara Enim. "Untuk daerah tersebut kemungkinan naskah soal akan tiba H-4 jelang UN atau sekitar 10-11 April mendatang," ulasnya.

Tapi secara geografis, ucapnya, lokasi daerah tersebut masih dapat ditempuh dengan perjalanan normal, sehingga jika didistribusikan H-3 pun masih bisa tiba tepat waktu.

Berkaca dari tahun lalu, pendistribusian tidak mengalami kendala. Tahun ini, UN menerapkan sistem barcode. Untuk mengurangi tingkat kecurangan dan kebocoran UN, setiap peserta akan mendapatkan satu set soal dan lembar jawaban. Nah, baik soal maupun lembar jawaban akan memiliki barcode yang sama.

“Jadi, kemungkinan tertukar soal dan lembar jawaban sangat kecil. Pasalnya, antara soal dan lembar jawaban sudah disusun sedemikian rupa,” bebernya.

Para siswa harus menerima paket tersebut secara utuh. Peserta UN tak lagi menulis kode soal pada lembar jawaban. Sebagai gantinya, mereka harus mengisi identitas diri pada soal dan lembar jawaban.

“Perlu ditegaskan lagi, soal UN ada 20 paket,” imbuh Bonny.  Ia mengimbau, pengawas UN nantinya harus lebih teliti. Sebelum peserta mengisi lembar jawaban, pengawas diminta mencocokkan lebih dulu barcode soal dan lembar jawaban tiap peserta untuk kemudian ditandatangani. (may/ce2)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru Diikat, Siswa Digantung

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler