Danone Indonesia Dukung Program Digital Preneurship Nahdlatul Ulama

Minggu, 21 Maret 2021 – 02:35 WIB
Suasana seminar yang diselenggarakan oleh Universitas Wahid Hasyim dan NU Digital Services (NU Channel). Foto: Dok Danone Indonesia

jpnn.com, JAKARTA - Danone Indonesia mendukung peningkatan potensi generasi muda Nahdlatul Ulama (NU) dalam bidang digital melalui seminar Digital Preneurship: Menuju Kedaulatan Digital Indonesia.

Seminar ini diselenggarakan oleh Universitas Wahid Hasyim dan NU Digital Services (NU Channel).

BACA JUGA: Istri Polisi yang Digerebek Bareng Selingkuhan di Villa Jadi Tersangka, Sanksi Berat Menanti

Dalam kesempatan tersebut, Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin menyampaikan, pihaknya meletakan digitalisasi menjadi salah satu hal penting dalam pengembangan dan pemberdayaan mitra & UMKM.

"Melalui berbagai program dan bentuk kerja sama, Danone Indonesia terus berkomitmen untuk melakukan pemberdayaan terhadap komunitas, mitra, dan UMKM melalui digital. Terlebih kondisi pandemi Covid 19 membuat perkembangan digital menjadi semakin relevan saat ini," ujar Arif.

BACA JUGA: Dua Wanita Cantik Ini Dijemput Polisi Usai Berbuat Aksi Tak Terpuji

Ia menambahkan, beragam produk Danone Indonesia saat ini dijual oleh lebih dari 1 juta pedagang yang sebagian besar pedagang kecil atau UMKM termasuk warga Nahdliyin.

Di era digitalisasi ini, Danone di Indonesia aktif memberikan edukasi bagaimana mengembangkan usaha kecil dan menengah melalui digital e-commerce. Edukasi dilakukan melalui kemitraan dengan berbagai pihak baik pihak pemerintah, swasta maupun organisasi kemasyarakatan.

BACA JUGA: Danone Indonesia Turut Sukseskan 1 Juta Vaksinasi per Hari

Misalnya, jelas Arif, digitalisasi, dalam berbagai aspek terlihat dari peningkatan pengguna internet sebesar 14,6 persen atau menjadi 196 juta pengguna pada 2020. Sementara, pengguna media sosial aktif pada Januari 2021 mencapai sebanyak 170 juta atau naik 12 persen dibandingkan dengan tahun 2019.

Era digital menghadirkan berbagai kemudahan yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat akan informasi maupun pemanfaatan untuk kepentingan sosial ekonomi. Namun, dibalik itu, kemajuan digital juga membuka ruang bagi kehadiran informasi yang salah.

Kemenkominfo mencatat di Indonesia terdapat sekitar 800.000 situs yang terindikasi sebagai penyebar informasi palsu yang dimanfaatkan oknum tertentu untuk keuntungan pribadi dan kelompoknya.

Diantara informasi meresahkan yang dalam beberapa waktu terakhir banyak beredar adalah perihal vaksinasi Covid 19.

“Digitalisasi selain penting untuk perkembangan ekonomi masyarakat, tetapi juga harus diwaspadai terkait hoks dan disinformasi. Oleh sebab itu, sebaiknya kita harus selalu mengingat untuk melalukan "saring sebelum sharing",” jelas Arif.

Sementara itu, Wasekjen PBNU Imam Pituduh membenarkan saat ini ekosistem digital berkembang sangat pesat, termasuk dalam konteks penyebaran isu politik, sosial, keagamaan serta isu lainnya.

“Bagi NU, perlu ada handling serius soal hoaks, khususnya membangun dan mengembangkan narasi-narasi positif yang lebih intensif dalam wujud konten yang kreatif. Pasalnya, penyebaran berita bohong, fitnah, polarisasi, dan radikalisme yang selama ini terjadi dapat diatasi dengan baik," jelas Imam.

Keberadaan Warga Nahdliyin yang saat ini berjumlah 100 juta jiwa berikut jejaring desa, komunitas dan UMKM merupakan potensi yang dapat menjadi modal untuk meningkatkan kapabilitas dan daya saing Indonesia.

"Produktivitas anak-anak muda NU yang memiliki karakter entrepreneur dan kreatif dapat menjadi tumpuan strategis pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional.”

“Kehadiran komunitas Digital Preneurship NU dengan didukung kolaborasi multipihak diharapkan mampu menjadi bagian dari upaya untuk menyusun peta jalan (road map) bagi terwujudnya kedaulatan digital Indonesia," pungkasnya.(dkk/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler