jpnn.com, JAKARTA - Persiapan atlet nasional buat Asian Games 2018 cukup memprihatinkan. Jauh dari 100 prsen. Dari 40 cabang olahraga, baru delapan yang menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding atau MoU) penerimaan dana pelatnas dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Sekretaris Menpora Gatot S Dewa Broto menuturkan, hingga saat ini proses verifikasi masih berlangsung. Dari delapan cabor tersebut, dia tidak mau menguraikan cabor apa saja yang sudah menandatangani. ”Pokoknya sudah 50 persen,” ujarnya.
BACA JUGA: PB PODSI Kecewa Dana Pelatnas Asian Games Cuma Rp 30 Miliar
Rabu malam (3/1), Biro Hukum Inspektorat Keuangan mendatangi tim verifikasi di Kemenpora. ”Tim tersebut melakukan pendampingan untuk memastikan detail kebutuhan, indikator, dan variabel untuk verifikasi anggaran. Jadi angka yang keluar menjadi sekian itu dapat dipertanggungjawabkan,” ucapnya.
Sehingga saat tahun depan dilakukan audit tidak terjadi temuan-temuan fiktif. Jumlah yang disetujui setiap cabor berbeda. Cabor prioritas yang berpotensi mendapatkan emas tentu menjadi yang utama. ”Seperti badminton, bridge, angkat besi, dan jet ski. Itu beberapa di antaranya,” sebutnya.
BACA JUGA: Tim Verifikasi Ikut Aturan, Perjuangan Cabor Kandas
Gatot tidak mau mengungkapkan target kontingen Indonesia di Asian Games 2018. Dia hanya mengungkapkan yang penting masuk peringkat 10 besar. Mantan Deputi IV Kemenpora itu masih merasa trauma dengan hasil SEA Games 2017 lalu. Dari target 55 emas, tim tanah air hanya mampu membawa pulang 38 emas.
Indikator penilaian, lanjut Gatot, ada dua. Ada indikator yang sifatnya general dan indikator yang sifatnya melekat pada jenis cabor tertentu. Karena ada cabor prestasi tim dan individu. Hal itu menurutnya tidak bisa disamakan. Sedangkan untuk yang general, bisa dilihat dari parameter prestasi selama dua tahun terakhir. ”Jadi tidak bisa langsung dibandingkan karena jumlah atlet berbeda dan range prestasi jg berbeda,” terangnya.
BACA JUGA: Sandi Minta Para Wanita Cantik Ini Jual Suvenir Asian Games
Untuk cabor yang mendapat dana sponsor, Gatot menyebut itu merupakan secondary chance. ”Primernya, negara wajib membantu dana cabor. Yang penting negara memberi bantuan dulu,” katanya.
Menurutnya, cabor mendapat sumber lain tidak haram. Karena dalam Perpres Nomor 95 dimungkinkan sumber pendanaan bisa dari APBN dan sponsor. Ketua Tim Verifikasi Pelatnas Asian Games 2018 Adhi Purnomo mengatakan, bulu tangkis memiliki strata cabor tertinggi dengan strata internasional. Sehingga bayaran setiap atletnya lebih tinggi daripada cabor lainnya.
Cabor dayung menjadi cabor dengan nominal anggaran tertinggi yang telah disetujui. Mengingat cabor tersebut kategori tim. ”Dihitung satu tim. Jadi jumlah orang yang menentukan. Karena banyak nomor regu perahu, otomatis dananya besar,” bebernya.
Dana itu paling besar dialokasikan pada akomodasi, konsumsi, dan honor masing-masing atlet. Setiap jatah atlet ditentukan maksimal Rp 500 ribu per hari. Dana try out terpisah dari tiga alokasi itu. Adhi menyebutkan untuk pengaturan dana itu menjadi urusan PB. Pihak tim verifikasi hanya akan mendampingi PB untuk melakukan pendampingan pengelolaan dana untuk menggunakan melakukan try out maupun uji coba lainnya. (han)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggaran Persiapan Asian Games Hanya 50 Persen dari Proposal
Redaktur & Reporter : Adek