JAKARTA - Kejadian luar biasa (KLB) ratusan jamaah haji yang sakit perut gara-gara memakan nasi basi tahun lalu diharapkan tidak terulang tahun ini. DPR dan pemerintah sepakat merubah sistem penyajian katering haji dari model prasmanan ke nasi kotak atau boks.
Kepastian perubahan sistem penyajian katering untur ratusan ribu jamaah itu disampaikan oleh wakil ketua Komisi VIII DPR Chairun Nisa di Jakarta kemarin (21/4). "Panja sudah menyepakati menggunakan boks," kata dia. Politisi dari dapil Kalimantan Tengah itu mengatakan, DPR tetap mengawasi kinerja pemerintah supaya tidak merubah sistem yang telah disepakati ini.
Nisa mengatakan, meskipun sudah disepakati di parlemen, belum ada jaminan pemerintah selaku pelaksana teknis ibadah haji bakal menerpkan aturan baru tersebut. "Bisa jadi masih tetap menggunakan sistem prasmanan," kata dia.
Jika pemerintah masih membandel menggunakan sistem prasmanan dalam menyuguhkan makanan untuk para jamaah tahun ini, Nisa khawatir KLB jamaah terserang sakit perut tahun lalu akan kembali terjadi. Menurut politisi dari partai Golkar itu, tahun lalu pemerintah mengklaim sistem penyajian prasmanan bisa membuat makanan lebih fres saat disantap.
"Tapi itu tidak benar. Saya menemukan ada nasi yang basi, nasinya berlendir," kata dia. Kasus ini terjadi ketika jamaah terkosentrasi di Armina, tepatnya usai menjalani wukuf di padang Arafah. Nasi yang basi ini, akhirnya mau tidak mau dikonsumsi oleh sejumlah jamaah haji. Beberapa saat kemudian, para jamaah itu sakit perut. Tak ayal, ratusan jamaah antre di depan WC untuk buang air besar.
Menurut Nisa, kelemahan lain dalam penggunaan sistem prasmanan ini adalah munculnya antrean jamaah yang cukup panjang. Saat mengamati langsung ke tanah suci, Nisa melihat ada antrean yang panjangnya hingga ratusan meter. "Panjangnya antrean untuk makan ini tentu merugikan jamaah yang sudah renta. Belum lagi jika caucanya pas panas," katanya.
Selain mengakibatkan antrean panjang, model penyajian prasmanan ini bisa membuat kecewa jamaah yang ada di antrean paling belakang. Ketika sudah sampai di depan meja prasmanan, rata-rata yang tersisa tinggal nasi dan sedikit sayur serta lauk-pauk.
Sebaliknya, jika menggunakan model nasi kotak atau boks, Nisa mengatakan tidak akan terjadi antrean pengambilan makanaan yang melibatkan seluruh jamaah. Dia menuturkan, jika sistem ini nantinya dijalankan pemerintah saat pelaksanaan ibadah haji, cukup ketua rombongan yang mengambil makanaan.
Sementara untuk mengantisipasi makanan boks menjadi basi karena tidak segera dimakan, Nisa mengatakan bisa disiasati dengan menyiapkan alat penghangan makanan. Jamaah haji bisa menggunakan alat penghangat makanan itu ketika akan menyantap hidangannya yang sudah dingin.
Selain urusan penyajian makanan, Nisa menuturkan pemerintah juga wajib mengatur menu hidangan. "Kalau benar-benar ingin menyajikan menu nusantara, harus diterapkan," kata dia. Pengalaman Nisa tahun lalu, ada beberapa penyajian makanan yang hanya berisi nasi dan telor saja. Dia berharap, makanan yang disajikan harus ada nasi, lauk-pauk, dan sayur yang diolah dengan cita rasa nusantara. (wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Uber Nazar Biaya Mahal, Vonis Ringan
Redaktur : Tim Redaksi