jpnn.com - JAKARTA - Anda mungkin sudah tidak asing dengan bangunan gereja. Tempat ibadah umat Nasrani ini biasanya berstruktur Eropa. Namun nuansa yang berbeda akan anda temui begitu mengunjungi Gereja Katolik Santa Maria De Fatima.
Gereja yang beralamat di Jalan Kemenangan III Nomor 47, Jakarta Barat ini berbeda dengan gereja lainnya lantaran nuansa orientalnya yang sangat kental. Di area parkiran kendaraan bermotor, anda akan melihat patung singa. Tiang pancang dari kayu dengan warna merah juga semakin menambah unsur oriental dari Gereja Fatima.
BACA JUGA: Dewa tak Izinkan Pawai Barongsai saat Cap Go Meh
Sekretariat Gereja Fatima, Edris yang ditemui JPNN sempat menceritakan asal-usul berdirinya Gereja Fatima. Dulunya bangunan yang kini menjadi gereja itu merupakan rumah tinggal seorang bangsawan. Tanda kebangsawanan itu terlihat dari adanya patung singa.
"Sebenarnya mula-mula bangunan ini adalah bangunan rumah tinggal seorang bangsawan yang kaya maka rumahnya besar lalu di depannya ada patung singa. Ini seperti tanda kebangsawanan. Bangunannya enggak pernah diubah," kata Edris kepada JPNN, Jumat (31/1).
BACA JUGA: Imlek, Harapkan Saat Pemilu Muncul Pemimpin seperti Gus Dur
Edris mengatakan, rumah itu dibangun pada awal abad 19. Pada tahun 1950-an, rumah bangsawan ini dibeli oleh seorang pastur. Edris tidak mengetahui nama pastur yang membeli rumah itu. Meski begitu, ia ingat bahwa pastur itu membeli rumah milik bangsawan dengan menggunakan nama gereja. Setelah dibeli, rumah itu dijadikan sebuah gereja. "Resmi menjadi gereja tahun 1955," ucapnya.
Edris menjelaskan, ketika diresmikan pertama kali menjadi gereja, hanya ada 20 umat yang beribadat di Gereja Fatima. Namun, kini jumlah umat Gereja Fatima sudah mencapai ribuan orang. "Sekarang jumlah umat 3.600 an," tuturnya.
BACA JUGA: Doakan Keberuntungan Dagang di Wihara Amurva Bhumi
Perbedaan Gereja Fatima dengan gereja lainnya bukan hanya dari segi arsitektur bangunan namun juga terlihat dalam konsep ibadat. Di Gereja Fatima, ada misa yang menggunakan bahasa Mandarin. Ketika perayaan Imlek atau tahun baru China, misa di Gereja Fatima mencampurkan bahasa Mandarin dan Indonesia. "Hari Imlek ada perayaan besar yaitu misa. Saat misa merayakan Imlek dicampur bahasa Mandarin dan Indonesia," ujar Edris.
Edris menyatakan, usai mengikuti misa perayaan Imlek, para jemat di Gereja Fatima diberikan buah jeruk. "Kalau orang Tionghoa, jeruk itu makanan khas. Di sini (Gereja Fatima) ada pembagian jeruk setelah ibadat," tandasnya. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Asyik Nonton Barongsai, Copet Mulai Beraksi
Redaktur : Tim Redaksi