MUNICH--Sejak 1990, energi gelap atau dark energy telah menjadi hipotesis yang paling diterima untuk menjelaskan tingkat ekspansi alam semesta. Energi ini diperkirakan menembus semua ruang dan menyumbang sekitar 73 persen dari total massa-energi alam semesta. Menurut tim astronomi dari University of Portsmouth dan LMU Universitas Munich, energi gelap bukan hanya teori. Mereka meyakini jika energi itu benar-benar ada. Tommaso Giannantoni dan Robert Crittenden yang memimpin tim studi untuk mengkaji keberadaan dark energy selama dua tahun tersebut menyimpulkan bahwa kemungkinan keberadaannya energy tersebut 99,996 persen. Profesor Bob Nichol, anggota dari tim Portsmouth, menyatakan, energi gelap adalah salah satu misteri ilmiah besar saat ini sehingga tidak mengejutkan bila para peneliti begitu banyak mempertanyakan keberadaannya. "Tapi dengan studi ini, kami kini lebih percaya diri jika komponen eksotis alam semesta itu nyata. Meski kita masih tidak tahu apa yang menyusunnya," ujarnya. Menurut redorbit (13/9), sebelumnya para astronom mengamati kecerahan supernova jauh lebih dari satu dekade lalu dan menyadari bahwa perluasan alam semesta tampaknya mengalami percepatan. Mereka menganggap percepatan ini terkait dengan adanya energi gelap. Atas penemuan tersebut para peneliti yang menemukannya menerima Hadiah Nobel Fisika tahun lalu. Namun, keberadaan energi gelap tetap menjadi topik perdebatan panas di antara para ilmuwan. Teknik sebelumnya digunakan untuk mencoba untuk mengkonfirmasi realitas energi gelap baik secara langsung maupun tidak langsung. Bukti yang jelas keberadaan dark energy pun datang dari radiasi panas sisa dari Big Bang, terlihat di seluruh langit. Pada 1967, Sachs dan Wolfe mengusulkan bahwa cahaya dari radiasi ini akan menjadi sedikit lebih biru karena melewati medan gravitasi gumpalan materi, efek yang dikenal sebagai pergeseran merah gravitasi . Kemudian pada 1996, Robert Crittenden dan Neil Turok, sekarang di Institut Perimeter di Kanada, mengambil ide ini ke tingkat berikutnya. Mereka menunjukkan bahwa para astronom bisa mencari perubahan kecil dalam energi cahaya, atau foton, dengan membandingkan suhu radiasi dengan peta galaksi di alam semesta lokal. (Esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rusia Bikin Kapal Pemecah Es Terbesar Dunia
Redaktur : Tim Redaksi