jpnn.com, JOGJA - Dua perguruan tinggi swasta (PTS) di Jogjakarta, Universitas Atma Jaya Yogjakarta (UAJY) dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mendapatkan manfaat positif dari program Darmasiswa.
Keberadaan peserta Darmasiswa ternyata mendongkrak akreditasi dua PTS ini menjadi A. Di samping menjadi ajang promosi bagi PT di negara-negara asal peserta.
BACA JUGA: 2 Bulan Mahasiswa Asing UNY Lancar Bahasa Indonesia, Keren!
Menurut Ign Agus Putranto, kepala Kantor Kerja Sama dan Promosi UAJY, pihaknya menerima program Darmasiswa sejak 2007. Setiap tahunnya, mahasiswa asing yang diterima terus bertambah meskipun jumlahnya tidak sebanyak perguruan tinggi lain.
"Kami tidak bisa menerima banyak peserta darmasiswa karena dosen pengajarnya terbatas," kata Agus yang ditemui di UAJY, Rabu (11/4).
BACA JUGA: Ini Alasan Mahasiswa Asing Tertarik Pelajari Budaya Jogja
Walaupun tidak banyak, metode pembelajaran yang diterapkan untuk peserta Darmasiswa dibuat unik. Selain wajib ikut mata kuliah bahasa Indonesia, mahasiwa asing juga diberi ekskul seni dan budaya Indonesia.
Agar beda dengan PT lainnya, UAJY memberikan ekskul lmembuat janur. Ini rupanya diminati mahasiswa asing. Seperti penuturan Kiatkajohn Natiniyom, sarjana asal Thailand. Dia tertarik membuat janur dan membatik.
BACA JUGA: Peminat Program Darmasiswa di ISI Jogja Melonjak
Demikian juga dengan Maria Caucikova, master asal Slovakia. Membatik dan membuat janur dinilai punya nilai seni serta ekonomi tinggi."Kami bisa menjadikan ini usaha bila diseriusi," ujar Maria.
Tak jauh beda dengan UAD yang sejak 2005 menerima mahasiswa asing dari Darmasiswa. Menurut Ruslina, koordinator darmasiswa UAD, program darmasiswa ini menguntungkan PT karena akreditasi meningkat. Di samping menginiasi kerja sama dengan universitas asal darmasiswa.
"Hingga saat ini sudah ada kerja sama dengan Tiongkok dan Thailand," ujar Ruslina, yang ditemui secara terpisah.
Untuk masuk ke darmasiswa UAD, lanjutnya, setiap peserta dilihat kemampuan bahasa Inggris dan Indonesianya. Hal ini untuk memudahkan dalam proses perkualiahan.
"Yang utama bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Sedangkan bahasa Indonesia cukup tahu sedikit karena akan diperdalam saat proses perkuliahan," bebernya.
Adham Nasser Ibrahiem Alawady, asal Mesir mengakui sebelum ke Indonesia, sudah setahun lebih belajar bahasa Indonesia. Demikian juga Sun Sisi, asal Tiongkok. Dua tahun khusus mempelajari bahasa Indonesia. Itu sebabnya dia memilih ikut program darmasiswa.
"Di negara kami ada mata kuliah khusus bahasa Indonesia. Saya sengaja ambil bahasa Indonesia karena ingin mempelajari seni budayanya," terang Sun Sisi.
Demikian juga Asman Musor, asal Thailand. Keinginannya mempelajari bahasa Indonesia karena punya misi menjadi guru bahasa Melayu. "Pengin belajar banyak bahasa Melayu salah satunya Indonesia. Indonesia itu unik," ucapnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Revitalisasi Pancasila Harus Diangkat Sebagai Falsafah Hidup Masyarakat
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad