jpnn.com - JPNN.com JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data baru soal kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) ke Indonesia di kuartal pertama tahun 2015.
Di saat pertumbuhan ekonomi sedang susah, angka pelancong nasional justru naik. Dari Januari sampai Maret 2015, tembus 2,3 juta orang, atau naik 3,51 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang angkanya 2,22 juta.
BACA JUGA: Menteri ESDM: Kemarin Tercampur jadi Membingungkan
Angka itu, amat melegakan, karena trend pariwisata sudah mempertontonkan detak yang positif. Bulan Maret 2015 saja, sudah 789,6 ribu, atau naik 3,13 persen dibandingkan dengan Maret 2014.
“Yang paling besar originasi kenaikannya adalah China. Destinasinya Bali dan Batam. Ini klop dengan marketing Kemenpar yang mulai gencar ke Tiongkok,” sebut Menteri Pariwisata Arief Yahya.
BACA JUGA: Menteri Sudirman Sudah Laporkan Pembubaran Petral pada Jokowi
Data kenaikan itu sebenarnya tidak begitu mengagetkan, karena sejak awal Januari 2015, Menpar Arief Yahya sudah gencar marketing ke pasar Tiongkok. Sampai-sampai, salah satu Menteri terbaik dalam 100 hari kerja Kabinet Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla versi Man’s Obsession 2015 itu melakukan kunjungan langsung ke beberapa stakeholder pariwisata di Beijing. Saat itu pula Menpar juga menemui Chairman of China National Tourism Administration (CNTA), Li Jin Zao.
Kala itu, 11 Januari 2015, Arief menyebutkan bahwa turis China yang ke Indonesia 2014 baru sekitar 883.725 orang. Jumlahnya mirip dengan orang Indonesia yang ke Tiongkok, di angka 700 ratus ribuan.
BACA JUGA: Jokowi Instruksikan Ada Penyelidikan sebelum Petral Dibubarkan
Potensi turis dari Tiongkok untuk lebih banyak ke Indonesia sangat terbuka, begitu pun sebaliknya.
“100 juta orang lebih orang Tiongkok yang berlibur setiap tahunnya ke luar negeri. Makin banyak orang berduit di China yang memiliki kemampuan untuk berwisata ke luar negeri,” kata dia.
Kata-kata yang menyentuh Li Jin Zao saat itu adalah data, bahwa jumlah warga negara Indonesia yang keturunan Tionghoa itu sudah lebih dari 25 juta jiwa.
Angka itu sudah mendekati jumlah penduduk Malaysia, 29 juta. Angka itu juga sama dengan 5 kali penduduk Singapura, yang masih di kepala 5 jutaan jiwa.
“Orang Indonesia juga memiliki daya beli yang makin kuat, untuk berjalan-jalan ke mana saja, termasuk China,” jelas Arief Yahya.
Menteri yang oleh Lembaga Survei Alvaro dikategorikan “Bintang Lima” dari pengambilan dengan metode interview tatap muka dengan 2000 sampel di 9 kota besar di Indonesia itu memang terus menggeber daratan China.
Turis dari Negeri Tirai Bambu itu akan semakin terbuka lebar ke Indonesia. “Saya juga presentasikan langsung ke Beijing, saya datangi wholesaler operator turis di sana. Karena itu, kami sangat yakin target 12 juta tahun 2015, dan 20 juta tahun 2019 itu bisa dikejar,” papar menteri yang disurvei pada tanggal 23 Maret sampai 6 April 2015, dengan jumlah sampel 2.277 responden dengan margin of error 2,24 persen itu.
Dari jumlah kunjungan wisman yang melalui Bandara Ngurah Rai, Bali Maret 2015 naik 9,81 persen dibandingkan Maret 2014, yaitu dari 268,4 ribu. Jumlah kunjungannya menjadi 294,8 ribu.
“Mengapa Bali tetap menjadi fokus utama? Iya, kami menggunakan prinsip utamakan yang utama, tentu dengan pertimbangan yang proporsional. Tiga strategi great yang sedang kami genjot, yakni Great Bali, Great Jakarta, dan Great Batam,” tutur mantan Dirut PT Telkom yang ahli marketing itu.
Bagaimana dengan bisnis di sektor pariwisatanya? Data BPS menyebutkan, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di 27 provinsi pada Maret 2015 mencapai rata-rata 49,13 persen.
Sebenarnya itu turun 2,16 poin dibandingkan dengan TPK Maret 2014 yang tercatat sebesar 51,29 persen. Jika dibandingTPK Februari 2015, TPK hotel berbintang pada Maret 2015 naik 1,54 poin.
Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang di 27 provinsi selama Maret 2015 tercatat sebesar 1,96 hari, tidak terjadi perubahan jika dibandingkan keadaan Maret 2014.
Sekarang, turis China yang ke Bali sudah lebih dari satu juta, yang tahun lalu selama setahun tidak sampai satu juta. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri Rini Lapor ke Jokowi, Belum Perlu Impor Beras Lagi
Redaktur : Tim Redaksi