jpnn.com, OXFORD - Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah orang tajir di seluruh dunia terus bertambah. Sayangnya, yang miskin justru makin menderita. Itu terungkap dalam laporan Oxfam International bertajuk Public Good or Private Wealth? yang rilis Minggu (20/1).
Lembaga nonprofit di Oxford, Inggris, tersebut mengungkapkan bahwa per hari kekayaan para miliarder di dunia naik 12 persen. Itu setara dengan USD 2,5 miliar (sekitar Rp 35,57 triliun).
BACA JUGA: Kesenjangan Tinggi, Penguasaan Ekonomi Perlu Diperbaiki
Saat ini ada 2.208 miliarder di seantero jagat. Kekayaan mereka terus bertambah. Jumlah miliarder tersebut dua kali lipat bila dibandingkan dengan saat krisis global satu dekade lalu.
Gabungan kekayaan 26 orang paling tajir di dunia tahun lalu setara dengan total kekayaan 2,8 miliar orang termiskin di dunia.
BACA JUGA: Natal 2018: Paus Fransiskus Kutuk Kesenjangan Ekonomi
"Perekonomian kita saat ini tidak manusiawi," ujar Paul O'Brien, wakil presiden kebijakan dan kampanye Oxfam di Amerika Serikat (AS), seperti dikutip The Huffington Post.
Saat jumlah miliarder bertambah, harta separo penduduk termiskin di dunia justru menurun 11 persen atau kira-kira USD 500 juta (sekitar Rp 7,1 triliun).
BACA JUGA: Kesimpulan: Orang Kaya Raya Belum Tentu Cucunya Tajir
Gara-garanya, individu kaya raya dan korporasi mereka hanya membayar pajak yang sedikit. Itu tidak sebanding dengan kekayaan yang mereka miliki.
Sebab, pemerintah telah memotong pajak mereka. Di pihak lain, pajak untuk orang miskin justru bertambah. Misalnya, lewat pajak pertambahan nilai yang tidak terlihat secara langsung.
"Pajak tak langsung seperti pada garam, gula, atau sabun dan kebutuhan dasar lain menjadikan orang miskin membayar pajak lebih banyak daripada orang kaya," terang Direktur Eksekutif Oxfam Internasional Winnie Byanyima. Karena itu, Oxfam menyarankan agar ada tambahan pajak untuk orang kaya. (sha/c10/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jurus Kang Hasan Kikis Kesenjangan jika Kelak Pimpin Jabar
Redaktur & Reporter : Adil