Dave: KKB Tidak Main-Main, Kemampuan Tempur Mumpuni, Senjata Modern

Rabu, 28 April 2021 – 07:12 WIB
Anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) Lekagak Teleggen masuk daftar DPO Polri. ANTARA/HO-Humas Nemangkawi

jpnn.com, JAKARTA - Daftar aksi kekerasan yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua makin panjang.

Mencermati kondisi terkini, Anggota MPR RI Fraksi Gerindra Yan Permenas Mandenas mengatakan bahwa penyelesaian masalah kekerasan di Papua harus melalui jalan dialog dan rekonsiliasi.

BACA JUGA: TNI Polri Serbu Markas KKB, 5 Anggota Kelompok Lekagak Telenggen Tewas

Yan mengatakan, beberapa tokoh di Papua yang sempat ditemuinya, juga sangat berharap dialog akan menuntaskan permasalahan ini.

Yan melihat upaya dialog dan rekonsiliasi dengan GAM yang dilakukan pemerintah berhasil di Aceh.

BACA JUGA: Info Terkini dari Kapolda Papua Soal Tiga Anggota Polri Korban Kontak Tembak KKB

“Kalau di Aceh berhasil, kenapa di Papua tidak dilakukan pola yang sama. Saya pikir, semua kekacauan ini akan tuntas jika pola itu dilakukan kembali. Saya yakin, mereka yang ada di hutan-hutan dan gunung-gunung akan turun meletakkan senjatanya, menyerahkan diri jika dibuka ruang dialog yang baik untuk semua. Dalam dialog itu, semua pihak terutama KKB akan menyepakati untuk tidak lagi melakukan aksi teror yang meresahkan masyarakat. Tinggal semua memiliki keinginan kuat dengan hati terbuka untuk melakukannya,” kata politiskus asal Papua ini, dalam acara Diskusi Empat Pilar MPR RI bertema ‘Peran TNI Polri Dalam Menumpas KKB Papua’ di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (27/4).

Nanarasumber lain di diskusi tersebut antara lain Wakil Ketua DPD RI Letjend TNI Mar (Purn.) Nono Sampono dan anggota MPR RI Fraksi Golkar Dave Akbarshah Fikarno.

BACA JUGA: Bahar Smith: Istri Saya Turun dari Mobil, Dia Mengaku Digoda

Diakui Yan, bukan hal mudah untuk menggelar dialog karena sejumlah pimpinan KKB ada di luar negeri.

“Yang menjadi persoalan adalah susahnya mendeteksi otak-otak KKB ini karena mereka ada di luar negeri. Sekarang bagaimana caranya mereka yang ada di luar negeri itu dan KKB yang ada di Papua bisa kita kumpulkan dan dudukan untuk berdialog dengan pusat,” tambahnya.

Yan mengajak semua elemen baik itu pemerintah pusat, daerah, masyarakat Papua, serta pihak KKB untuk kembali memikirkan rakyat dan masa depan mereka.

“Mari kita semua melakukan kesepakatan damai, menyudahi semua pertikaian yang hanya menguntungkan segelintir pihak dengan tujuan mengacak-acak persatuan Indonesia serta mengadu domba antaranak bangsa,” tandasnya.

Dave Akbarshah Fikarno mengatakan bahwa aksi kekerasan yang dilakukan KKB di Papua, memang sudah sangat meresahkan dan menimbulkan ketakutan di masyarakat sipil Papua. Aksi pembunuhan yang dilakukan menyasar siapa pun baik aparat dan umum.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi, kelompok bersenjata ini ternyata memiliki kemampuan untuk menyerang dan membunuh perwira tinggi militer yakni Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Papua Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Nugraha yang gugur saat terjadi kontak senjata dengan KKB di Kampung Dambet, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua.

“Kemampuan mereka tidak main-main. Mereka memiliki skill tempur mumpuni dan didukung oleh persenjataan yang modern. Mereka tidak bisa lagi disebut KKB tapi kelompok separatis teroris. Untuk itu, penanganan yang dilakukan terhadap mereka harus tegas,” katanya.

Namun, Dave mengingatkan bahwa penanganan permasalahan di Papua tersebut harus dilihat dari berbagai sisi secara hati-hati.

Sebab, benih-benih penyebab aksi kekerasan karena adanya rasa ketidakadilan serta kurangnya perhatian dari pemerintah pusat yang sudah berlarut-larut tersimpan dan meledak dalam bentuk aksi separatis.

“Tapi, masih banyak masyarakat Papua yang menyikapi kekecewaan tanpa melakukan tindakan kekerasan. Untuk itu, penyelesaiannya mesti dibagi dua tahap. Pertama, tindakan tegas harus dilakukan terhadap kelompok yang melakukan aksi kekerasan sampai pembunuhan. Tahapan kedua dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat secara sosial, budaya, ekonomi, dan pembangunan SDM. Dua tahap ini harus dilakukan agar upaya-upaya menuju perdamaian di Papua menjadi efektif dan mencapai hasil yang diharapkan,” pungkasnya. (rls/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler