jpnn.com, JAKARTA - Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) membuka Program Kaderisasi Ulama Dewan Da’wah (PKU Dewan Dakwah) untuk melahirkan ulama-ulama muda penerus risalah.
Di samping untuk menggantikan ulama-ulama yang wafat saat pandemi Covid-19 melanda beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: PKS dan DDII Sepakat Mendorong Pendidikan untuk Masyarakat
"Salah satu alasan penting mengapa program kaderisasi ulama ini harus terus berjalan adalah sebagai upaya melanjutkan estafet perjuangan para pendahulu yang telah menghadap Allah, apalagi saat pandemi Covid, banyak ulama yang juga terpapar dan berpulang," kata Ketua Bidang Kaderisasi Ulama Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia Angkatan ke-2 Dr. Budi Handrianto dalam keterangan resminya, Senin (27/11).
Ulama yang berpulang saat Covid-19 antara lain, Drs. Muhammad Siddik, MA ulama senior yang aktif berkiprah di dunia internasional, yang juga mantan Ketua Umum Dewan Da’wah. Lalu KH Amien Nur, putra ulama pejuang, pahlawan Nasional KH Noer Ali.
BACA JUGA: Eksistensi NU Dapat Pujian dari Ulama Dunia
Juga KH Abdul Rasyid bin Abdullah Syafii, ulama kharismatik Betawi, juga putra ulama pejuang KH Abdullah Syafii. Juga Dr. KH Luthfi Fatullah, MA dan banyak lagi.
"PKU Dewan Dakwah merupakan program beasiswa S3 atau doktoral, sehingga lahir ulama yang otoritatif menjawab berbagai masalah umat,” lanjutnya.
BACA JUGA: Fraksi PKS DPR: Santri Penerus Ulama dan Pemimpin Bangsa
Selain menghasilkan ulama cendekia yang memiliki semangat perjuangan dan dakwah, memiliki leadership yang kuat, menguasai peta dakwah tanah air, dan bisa menjadi teladan bagi umat. Terlebih saat ini, ada tantangan dari modernisasi dan globalisasi.
"Untuk tetap relevan, ulama perlu memahami konteks zaman dan menanggapi berbagai isu kontemporer dengan pendekatan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam,” ujar Budi.
Budi memaparkan selain kuliah di beberapa universitas, para peserta didik akan belajar dengan sistem boarding (nyantri) selama satu tahun untuk mendapatkan berbagai macam ilmu dan keahlian sekaligus meraih gelar kesarjanaan tertinggi, yaitu mengikuti program doktor di bidang pendidikan, dakwah dan dirasah Islamiyah.
“Dengan begitu, akan lahir para kader ulama yang akan meneruskan dakwah ulama terdahulu yang telah banyak memberikan sumbangsih bagi masyarakat Indonesia,” imbuhnya.
Organassi DDII merupakan warisan Perdana Menteri pertama NKRI, Mohammad Natsir. Sejak berdiri di tahun 1967, DDII sudah mengirimkan ribuan dai atau guru mengaji ke daerah-daerah tertinggal dan pulau terluar.
Urgensi pengiriman para guru mengaji ini selain untuk mengajarkan agama kepada masyarakat muslim di daerah 3T, juga turut mendukung dan berkontribusi terhadap pencapaian sustainable development goals (SDGs) Indonesia.
Dalam Rakornas tahun 2022, DDII sudah meluncurkan Fatwa Kebangsaan untuk menegakkan NKRI.
“Ini sedikit di antara banyak bukti bahwa DDII tak pernah main-main dalam mengokohkan dan membangun NKRI,” pungkasnya. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad