jpnn.com - PANCUR BATU - Aktivitas vulkanik Gunung Sinabung belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Seharian kemarin, gunung yang terletak di Karo itu berkali-kali meletus dan meluncurkan awan panas.
Bahkan debu erupsinya telah mencapai Pancurbatu-Sibolangit, Namorambe dan Biru-Biru, Deli Serdang.
BACA JUGA: Baru Dilantik, DPRD Riau Inginkan Kendaraan Operasional
Pantauan Minggu (5/10) siang, debu dari erupsi Sinabung terlihat jelas berterbangan terbawa angin dan menempel di atap rumah warga serta dedaunan tanaman warga.
Tidak hanya itu, atap dari kendaraan roda empat yang parkir di depan rumah warga juga tidak luput diselimuti debu. Bukan hanya debu, cuaca juga terlihat gelap dan hawa udara gerah meski cuaca sedang mendung.
BACA JUGA: Dilanda Kekeringan, Warga Konsumsi Air Kali
Warga dan para pengendara termasuk parbetor terlihat mengenakan masker untuk menghindari debu.
Uky, warga Pancurbatu mengatakan, debu letusan Sinabung terlihat sejak Minggu pagi. "Dari Minggu pagi ini lah terlihat debu ini. Ini pasti dari erupsi Sinabung malam tadi. Untuk mencegah menghirup debu, kami pakai masker," ucap Uky.
BACA JUGA: Sinabung Meletus Sembilan Kali Sehari
Kepala Puskesmas Pancurbatu dr Tetty R Keliat, mengimbau seluruh masyarakat tetap waspada. "Waspada aja, kenakan masker, agar tidak langsung menghirup debu. Lebih baik menjaga daripada mengobati," imbau dr Tetty.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendrasto, mengatakan, sampai menjelang sore, sudah terjadi sembilan kali letusan.
Letusan kali ini cukup berbahaya karena mengakibatkan luncuran awan panas ke area lereng gunung. Terutama, ke arah selatan gunung setinggi 2.460 meter itu.
Sekali meletus, lama erupsi gunung Sinabung berkisar antara 2,5-5 menit. Hampir setiap letusan kemarin memunculkan awan panas dan meluncur antara 2.500-4.500 meter ke arah selatan.
Selain itu, Sinabung juga menyemburkan abu hingga ketinggian 3.000 meter.Untuk mengantisipasi bahaya tersebut, pihaknya masih melarang warga maupun turis mendekat.
"Untuk sisi selatan dan tenggara Sinabung, kami rekomendasikan batas lima kilometer dari kawah. Selebihnya, di luar radius tiga kilometer karena status Sinabung masih siaga," lanjut Hendrasto.
Letusan maupun awan panas Sinabung tidak sampai mengakibatkan jatuhnya korban seperti letusan gunung Merapi. Sejak setahun lalu, warga sekitar gunung Sinabung diungsikan di luar radius lima kilometer dari kawah.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, menuturkan, saat ini sekitar 4.000 orang warga masih bertahan di area pengungsian. Kemudian, sekitar 6.000 warga dari tiga desa, yakni Sukameriah, Bekerah dan Simacem, ditempatkan di hunian sementara.
"Warga tiga desa itu diungsikan permanen, karena desanya yang berada di radius tiga kilometer sudah tidak bisa lagi dihuni," ucap Sutopo.
Ketiga desa tersebut kini sudah hancur tertutup awan panas. Bahkan, awan panas sempat menewaskan sejumlah orang yang nekat naik ke desa Sukameriah dengan alasan berziarah.
Status siaga Sinabung ditetapkan sejak 2013 dan mengharuskan warga mengungsi. Sekitar Desember 2013, aktivitas gunung tersebut makin tinggi sehingga ditetapkan status awas. Kemudian, awal April 2014 status gunung Sinabung turun lagi menjadi siaga. (byu/sof/cr2/dro)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Empat Kecamatan di Tegal Dilanda Kekeringan
Redaktur : Tim Redaksi