Deddy Yevri Sitorus: Edy Mulyadi Norak

Selasa, 25 Januari 2022 – 16:45 WIB
Anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Hanteru Sitorus. Foto: Dokpri for JPNN.com.

jpnn.com, JAKARTA - Anggota DPR Dapil Kalimantan Utara Deddy Yevri Sitorus mengutuk keras pernyataan Edy Mulyadi soal Kalimantan yang akan menjadi lokasi ibu kota negara (IKN).

Menurut Deddy, apa yang disampaikan oleh Edy Mulyadi itu sangat menghina, menyakitkan, merendahkan dan tidak dapat dibenarkan dari sisi hukum, sosial, maupun agama. 

BACA JUGA: Harapan Saan kepada Kepala Otorita IKN, Singgung Proyek Mangkrak

Deddy mengatakan masalah ini berpotensi menimbulkan gejolak sosial dan telah menimbulkan luka yang dalam bagi seluruh warga yang berdiam di Pulau Kalimantan. 

"Oleh karena itu, permintaan maaf saja tidak cukup, tetapi harus dibawa ke ranah hukum,” ujar Deddy Yevri Sitorus melalui keterangan tertulisnya, Selasa (25/1).

BACA JUGA: Edy Mulyadi Menyinggung Kalimantan, Ruhut: Harus Dihukum Seberat-beratnya

Pihaknya berharap Kepolisian RI agar segera melakukan upaya hukum dan tidak harus menunggu laporan dari masyarakat. 

Menurut Deddy, patut diduga ucapan-ucapan yang menghina dan merendahkan martabat oleh Edy Mulyadi dan rekannya dilakukan sengaja dan dengan kesadaran penuh.

BACA JUGA: Senator Kaltim Tolak Permintaan Maaf Edy Mulyadi, Bandingkan dengan Kasus Penendang Sesajen

Dia yakin bahwa tujuan sebenarnya dari ucapan jahat dan provokatif itu memang dirancang untuk merendahkan pemerintah atas keputusan memindahkan IKN. 

Untuk mencapai tujuan itu, ujar dia, mereka memilih cara menginjak-injak dan melecehkan kehormatan serta martabat Kalimantan sebagai suatu kesatuan wilayah hidup manusia yang beradab berbudaya dan memiliki sejarah yang panjang. 

“Karena itulah mereka memilih kata-kata yang melecehkan seperti “tempat jin buang anak, kuntilanak dan genderuwo dan monyet”. Hal itu untuk memperkuat argumen ketidaksetujuan mereka tentang pemindahan ibu kota negara," katanya.

Jadi, lanjut Deddy menegaskan, sudah jelas bahwa memang mereka memilih kata-kata penghinaan itu dengan sengaja.

"Edy Mulyadi itu kampungan dan norak, menurut saya. Dia apa tidak tahu kalau jutaan orang datang dari Pulau Jawa dan dari seluruh penjuru Indonesia untuk mencari hidup di Kalimantan? Apa dia tidak tahu bahwa listrik, LPG dan BBM yang dia nikmati itu sebagian besar datang dari Kalimantan yang kaya dengan batu bara, gas dan minyak bumi?” tanya Deddy.

Sebagai gambaran, produksi minyak dari Kalimantan Timur saja 20.829 ribu barel di 2019 dan menjadi 14.381 ribu barel di 2020. 

Sementara, produksi gas bumi 240 .828 ribu mmbtu di 2019, dan 156.294 ribu mmbtu di 2020.

SKK Migas di 2020 menyebut produksi migas dari Kalimantan dan Sulawesi menyumbang 12 persen produksi nasional. 

“Apa dia tidak tahu bahwa Kalimantan menyumbang pendapatan negara yang sangat besar dari berbagai komoditas dan bahan baku industri? Apakah Edy Mulyadi Cs tidak tahu bahwa Kalimantan itu adalah paru-paru dunia yang sangat penting secara global? Kalau sampai enggak tahu, ya kebangetan,” kata Deddy. 

Untuk diketahui, luas hutan Kalimantan adalah 40,8 juta hektare sehingga kerap disebut sebagai salah-satu paru-paru dunia. Keberadaannya dinilai sangat strategis di tengah isu climate change saat ini.

Lebih lanjut Deddy berharap kasus ini dibuat terang benderang di muka hukum, dan tidak boleh dibiarkan begitu saja. 

“Orang-orang seperti Edy Mulyadi Cs harus menerima ganjaran dari arogansi dan sikap jemawa yang luar biasa, seolah-olah mereka berada di atas hukum dan orang lain," katanya.

Dia menyampaikan bahwa demokrasi itu ada batasnya, sikap kritis pun ada rambu-rambunya. 

"Kita tidak boleh membiarkan anarki dan provokasi terus menerus mengisi ruang publik kita,” pungkas Deddy Yevri Sitorus.  (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler