Dalam pertemuan rapat kabinet national di Australia, Perdana Menteri Scott Morrison telah mengumumkan perubahan definisi 'close contact' atau kontak erat dari mereka yang dinyatakan positif COVID-19.
"Anda hanya menjadi close contact jika tinggal dengan seseorang atau berada dalam akomodasi dengan seseorang selama lebih dari empat jam dengan seseorang yang positif COVID-19," ujarnya.
BACA JUGA: Omicron Bikin Panik, 400 Orang Postif COVID-19 Dinyatakan Negatif
PM Morrison mengingatkan definisi ini akan mulai berlaku pada pergantian hari tengah malam nanti (31/12), di negara bagian New South Wales, Victoria, Queensland, Australia Selatan, dan Kawasan Ibu Kota Australia.
Sementara bagi mereka yang positif COVID harus melakukan isolasi selama tujuh hari dan menunjukkan hasil negatif dari tes rapid antigen pada hari keenam, kemudian bisa meninggalkan isolasi setelah tujuh hari, demikian dikatakan PM Morrison usai rapat kabinet.
BACA JUGA: Pertahanan China Berantakan, COVID-19 Pecahkan Rekor Kasus Baru
Kontak erat juga harus melakukan karantina selama tujuh hari.
Hingga saat ini alat untuk tes rapid antigen di banyak kota di Australia sulit didapat, dengan kemungkinan pasokan akan lebih banyak pada bulan Februari tahun depan.
BACA JUGA: Penyelundupan Sabu-Sabu Rp 400 Miliar ke Australia Digagalkan Polisi Thailand
Dean Whiting, Direktur Utama dari Pathology Technology Australia, mengatakan saat ini permintaan kebutuhan rapid antigen sedang meningkat secara global, sehingga butuh waktu untuk pasokan bisa kembali normal di Australia.
"Akan butuh empat sampai enam minggu untuk mendapatkan pasokan yang cukup di Australia," ujar Dean.
Ia juga mengatakan, setelah periode tersebut pasokan dipastikan akan tersedia secara terus menerus. Penularan diperkirakan terus meningkat
Angka kasus harian COVID-19 di Australia hingga hari Kamis ini (30/12) sudah mencapai lebih dari 20 ribu orang.
Negara bagian New South Wales dengan ibu kota Sydney masih mencatat kasus tertinggi, yakni sebanyak 12.226 orang.
Sementara tercatat 5.000 lebih kasus di negara bagian Victoria yang beribu kota Melbourne.
Profesor Paul Kelly, kepala otoritas medis di Australia mengatakan varian Omicron "sangat berbeda" dengan varian yang pernah ada dalam dua tahun terakhir.
"Kita tahu ini sangat menular, menular cepat di kalangan masyarakat seperti yang kita lihat," ujar Profesor Kelly.
Ia mengatakan saat ini ada 110 ribu kasus COVID-19 yang aktif di Australia dengan perkiraan angka ini akan terus naik.
"Tetapi Omicron tidak separah itu. Saya rasa sekarang sudah jelas."
Dari sebuah studi di Afrika Selatan ditemukan varian Omicron bisa jadi melindungi orang dari sakit parah yang disebabkan oleh varian Delta.
Studi yang dilakukan oleh para peneliti di Africa Research Institute di Durban ini memang masih belum ditinjau oleh ilmuwan lain, tapi peneliti mengaku hasilnya menjanjikan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan para peserta yang ikut diteliti mengembangkan respon antibodi terhadap Omicron, yang meningkat 14 kali selama dua minggu.
Sementara itu, pihak oposisi dari Partai Buruh Australia meminta kejelasan dan konsistensi dari Pemerintah Australia dalam merespon wabah Omicron.
Anthony Albanese, pemimpin Partai Buruh mengatakan kebingungan di kalangan masyarakat terjadi karena kebijakan yang tidak konsisten.
Artikel ini diproduksi oleh Erwin Renaldi
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pangeran Harry dan Meghan Akhirnya Pamerkan Foto Anak Perempuan Mereka