jpnn.com - JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksikan defisit transaksi berjalan (current account deficit/cad) pada kuartal kedua 2014 mencapai 4 persen dari produk domestik bruto. Kembali membesarnya CAD tersebut lantaran masih tingginya importasi migas.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, secara nominal, defisit transaksi berjalan pada periode tersebut bisa menyentuh USD 9 miliar. "Defisit transaksi berjalan kuartal kedua bisa 4 persen, tapi tidak setingga periode yang sama tahun lalu yang sebesar 4,4 persen," ungkapnya.
BACA JUGA: Gaet Investor, Bursa dan Perbankan Bersinergi
Menurut Agus, tugas untuk menekan impor minyak masih belum berhenti. Apalagi, pada kuartal kedua, defisit neraca perdagangan migas dapat mencapai USD 20 miliar. "Kami khawatir pada 2014, tekanan impor BBM masih tinggi," tuturnya,
Sebelumnya, Agus memprediksi neraca perdagangan Juni juga defisit USD 300 juta. Angka tersebut lebih parah dibandingkan bulan sebelumnya yang masih mencatat surplus USD 70 juta. Defisit tersebut terutama dipicu tingginya impor migas.
BACA JUGA: CT Dorong Merger Perbankan
Tingginya impor migas saat ini masih menekan kinerja neraca perdagangan. Apalagi, mandegnya ekspor mineral tambang dan turunnya harga komoditas, memperparah kondisi defisit.
Kendati demikian, Agus masih optimistis secara keseluruhan defisit transaksi berjalan 2014 berada pada kisaran 3 persen. Meski, ia mengakui, target tersebut masih dibayangi risiko eksternal seperti pelemahan permintaan dari Tiongkok karena normalisasi kebijakan, serta ekspor mineral Indonesia yang belum bisa diharapkan.
BACA JUGA: Bandel, BPJS Ketenagakerjaan Surati 150 Ribu Perusahaan
"Normalisasi kebijakan Tiongkok berdampak signifikan pada negara berkembang termasuk Indonesia," ujarnya. (Gal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelaskan Kinerja Kuartal I, Dirut BPJS Ketenagakerjaan Jadi Moderator
Redaktur : Tim Redaksi