Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Meneg PP-PA) Linda Amalia Sari mengharapkan pertemuan dua tahunan OKI yang membahas khusus persoalan perempuan ini membuahkan hasil lebih nyata. Berupa kesepakatan semua negara OKI untuk mendorong peran perempuan dalam pembangunan.
’’Tak dipungkiri kekerasan terhadap perempuan terjadi merata di banyak negara. Kini saatnya OKI mengambil peran dalam upaya melindungi dan lebih memberdayakan perempuan secara lebih luas,’’ ujar Linda dalam pidato pembukaannya di Konferensi Tingkat Menteri ke-4 OKI di Jakarta, Selasa (4/12).
Menurut mantan Anggota Komisi VIII DPR ini, konferensi ini tak boleh dilewatkan tanpa sebuah hasil yang memberikan aksi nyata bagi kaum perempuan. OKI perlu menyerukan hentikan semua kekerasan terhadap perempuan. Sekaligus mengajak negara OKI memberikan ruang lebih luas bagi perempuan berprestasi.
Dia mengakui tak sedikit negara yang telah memberikan peluang bagi kaum perempuan. Tapi tak sedikit pula yang masih menempatkan perempuan sebagai bagian individu domestik saja. Tak dilibatkan partisipasinya.
’’Di forum inilah pandangan-pandangan dan pendapat yang berkaitan dengan upaya peningatkan partisipasi perempuan dalam pembangunan perlu dikupas tuntas. Dituangkan dalam sebuah pernyataan bersama,’’ jelas menteri bergaun merah jambu itu di hadapan 57 perwakilan negara-negara OKI.
Disebutkan Linda, hasil akhir dari pertemuan ini diharapkan berbentuk rencana tindak yang dituangkan dalam Deklarasi Jakarta. Berisikan sejumlah upaya yang ditujukan bagi mengangkat kesamaan hak perempuan, peningaktan peran eknomi dan memperluas akses bagi kaum perempuan.
Menurut mantan Ketua Umum Kowani ini, di belahan negara lain masih sering ditemukan akses yang dipersulit bagi kaum perempuan. Bahkan tingkat pendidikan perempuan pun terbilang masih sangat rendah. Akibatnya perempuan menjadi rendah pula partisipasinya.
’’Forum ini diharapkan mampu menekan kenyataan yang dihadapai kaum perempuan tersebut. Tidak boleh ada lagi akses yang sulit bagi perempuan mendapatkan pendidikan,’’ tegasnya.
Linda menjelaskan kondisi buruk yang dialami sejumlah negara Islam telah menyebabkan perempuan Islam berada dalam posisi sulit. Misalkan saja kondisi yang terjadi di Palestina dan Suriah.
Negara-negara itu, lanjut dia, perlu segera diberikan bantuan dari OKI. Dengan melakukan desakan pada berbagai lembaga internasional serta negara-negara bersengketa untuk menghentikan tindak kekerasan.
’’Perang telah membuat luka di berbagai pihak. Tetapi kaum perempuan dan anaklah yang lebih banyak menjadi korbannya,’’ imbuhnya.
Linda berharap lahirnya Deklarasi Jakarta itu bisa memberikan perubahan bagi semua negara OKI. Sekaligus menjadi kesepatakan bersama dari negara-negara OKI untuk lebih melibatkan kaum perempuan dalam pembangunan.
Dipercayakannya Indonesia sebagai tuan rumah konferensi ini, sambung Linda, menunjukkan apresiasi masyarakat muslim Internasional atas peran yang dimainkan Indonesia. Bukan hanya Indonesia sebagai negara muslim terbesar tetapi juga modern dan menjunjung prinsip demokrasi yang melindungi kaum perempuan.
’’Dalam forum ini Indonesia lebih mendorong pada hak perempuan dan meningkatkan partisipasi penuh perempuan dalam pembangunan,’’ tegasnya yang disambut tepuk tangan peserta.
Wakil Presiden RI Boediono dalam sambutannya pun mengungkapkan peran kaum perempuan Indonesia sesungguhnya sudah tercatat dalam sejarah perjuangan. Kaum perempuan Indonesia memiliki peran tak sederhana. Bahkan terlibat dalam lahirnya negara.
Menurutnya perjuangan kaum perempuan memang belum berakhir. Masih harus terus dilanjutkan. Terutama dalam upaya menekan kekerasan yang terjadi pada kaum perempuan. (rko)
BACA ARTIKEL LAINNYA... MA Tolak Kasasi Susno, Tetap Jalani Hukuman 3,5 Tahun Penjara
Redaktur : Tim Redaksi