jpnn.com - MALINAU – Banjir tidak hanya melanda wilayah Kota Tanjung Selor, ibukota Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) saja. Tetapi juga beberapa desa di Kecamatan Bahau Hulu, Kabupaten Malinau. Kecamatan ini adalah kecamatan di wilayah perbatasan dan pedalaman di Malinau.
Tidak tanggung-tanggung, ketinggian air banjir mencapai 12 meter dari batas normal air di hari-hari biasa. Masyarakat mengetahui ketinggian air tersebut karena adanya tanda dan ukuran tertentu untuk mengetahui kondisi arus air sungai yang bisa dilalui menggunakan perahu.
BACA JUGA: Pengacara Kondang Kehilangan Enam Batu Akik di Bandara
Menurut laporan diterima Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malinau dari pihak Kecamatan Bahau Hulu, ada delapan rumah warga hanyut. Dua dari delapan rumah itu di antaranya adalah rumah dinas guru Sekolah Dasar (SD), sedangkan enam unit lainnya adalah rumah warga. Salah satu rumah yang hanyut itu berada di Desa Long Kemuat.
Adapula laporan kerusakan berat atas infrastruktur akibat banjir di 6 desa se-Kecamatan bahau Hulu, sebanyak 27 unit.
BACA JUGA: Si Cantik Ini Meninggal, Diduga Kebanyakan Makan Mi Instan
“Yang paling parah itu di Desa Long Uli, ada 7 unit rumah yaitu 5 rumah warga dan 2 perumahan guru. Kemudian ada 7 unit yang hanyut,” kata Kepala BPBD Malinau, Elisa kepada Radar Tarakan (Grup JPNN.com), Kamis (12/2).
Dia pun mengatakan, warga yang kehilangan tempat tinggal di Kecamatan Bahau Hulu sebanyak 32 kepala keluarga (KK). Sedangkan ratusan jiwa mengungsi dan menempati Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu) dan gereja atau tempat yang lebih tinggi, sebagai tempat tinggal sementara selama banjir berlangsung. Karena air sampai menghanyutkan rumah-rumah masyarakat.
BACA JUGA: Kampung Majelis Az Zikra Diserbu, Ini Reaksi Ustaz Arifin Ilham
“Bisa dibayangkan, ketinggian air kemungkinan mencapai 2 hingga 3 meter di lokasi perumahan penduduk. Jadi, selain rumah, sejumlah lumbung padi masyarakat juga ikut hanyut akibat musibah banjir ini,” ujarnya.
Menurut informasi pihak Kecamatan Bahau Hulu, para korban banjir sangat membutuhkan sandang dan pangan. Mengingat, air bah datang pada malam hari mulai pukul 23.00 Wita, sehingga kemungkinan besar tak banyak harta benda masyarakat yang terselamatkan. Termasuk kebutuhan pokok, seperti gula, kopi beras, dan lainnya.
“Kemarin, mereka (pihak Kecamatan Bahau Hulu) menyampaikan ke kami akan ngebon di toko-toko untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat yang terkena banjir. Kami izinkan, karena kami terlambat dan nanti kami tanggulangi,” ujar Elisa.
Pihaknya juga sudah melaporkan kepada BPBD Provinsi Kaltara melalui Bupati Malinau atas peristiwa alam ini sesuai dengan data laporan pihak Kecamatan Bahau Hulu. Sedangkan untuk dokumen dan data-data lengkapnya, masih akan dilakukan dilakukan pendataan ulang oleh BPBD dan kecamatan di lapangan untuk melengkapi berkas laporan ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara.(ida/ndy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terjebak di Kanal PLTU, Hiu Paus 2,5 Ton Mati
Redaktur : Tim Redaksi