jpnn.com, SOCHI - Dua perempuan Indonesia yang sama-sama merupakan Woman Grandmaster/International Master Irene Kharisma Sukandar dan Medina Warda Aulia membuat keputusan luar biasa di tengah Piala Dunia Catur 2021 di Sochi, Rusia.
Menyusul terhentinya kiprah GM Susanto Megaranto di Piala Dunia Catur karena terkonfirmasi positif COVID-19, Irene dan Medina memutuskan menarik diri dari turnamen yang diikuti para pecatur terbaik dunia itu, meskipun hasil tes COVID-19 dua srikandi catur Indonesia itu dinyatakan negatif.
BACA JUGA: Setelah Main Catur Lawan Raffi Ahmad, GM Irene Kharisma Sukandar Mau Muntah
Irene mengungkapkan sebenarnya ia dan Medina memiliki motivasi besar untuk terus bersaing, tetapi untuk mengantisipasi keselamatan banyak orang menjadi pertimbangan lebih kuat daripada ambisi pribadi.
"Yang terhormat semua, kami ingin mengumumkan bahwa Medina dan saya telah memutuskan untuk mundur dari Piala Dunia. Kami sebenarnya sangat termotivasi untuk terus bersaing, tetapi keselamatan semua peserta, penyelenggara, arbiter dan semua orang di sekitar kami jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi kami," cuit Irene.
BACA JUGA: Saking Hobi Sama Catur, Ustaz HNW pun Bikin Turnamen di Jakarta Selatan
JAPFA sebagai sponsor kontingen Indonesia mendukung penuh keputusan Irene dan Medina.
"Sebagai sponsor, kami mendukung penuh keputusan Irene dan Medina. Walaupun keputusan tersebut merupakan keputusan yang sangat berat, kami meyakini bahwa keselamatan dan kesehatan para pecatur dunia lebih penting daripada World Cup," kata Head of Social Investment JAPFA R. Artsanti Alif di Jakarta, Sabtu.
BACA JUGA: Kades Samto Mengamuk Melihat Satgas Covid Membubarkan Hajatan, Piring dan Gelas Pecah
JAPFA menilai alasan pengunduran diri Irene dan Medina sangat bijaksana karena kedua pecatur itu meminggirkan ambisi pribadi sebagai atlet untuk kepentingan kemanusiaan yang lebih luas.
Menurut Artsanti, keputusan dua pecatur Indonesia mundur itu merupakan pengejawantahan komitmen dari prinsip GENS UNA SUMUS (kita adalah satu keluarga) dalam catur. Kemanusiaan dan persaudaraan antar pecatur harus lebih diutamakan ketimbang prestasi itu sendiri.
"Bagi JAPFA, kemanusiaan merupakan nilai yang kami utamakan. Tentunya juga mendukung prinsip catur dunia GENS UNA SUMUS. Sesama pecatur adalah saudara. Sebagai saudara wajib melindungi saudara lainnya," kata Artsanti.
Meski para pecatur Indonesia harus terhenti di putaran kedua, JAPFA menilai kiprah Irine, Medina, dan Susanto patut diacungi jempol karena telah menyamai rekor legenda hidup catur Indonesia GM Utut Adianto yang dicatat di Tripoli, Libia, 17 tahun lalu.
"Yang pasti lolosnya mereka dari putaran pertama hal luar biasa, dan ini memberikan energi baru untuk komitmen kami mencari bibit pecatur muda Indonesia, salah satunya melalui pembinaan catur pada program JAPFA for Kids. Harapannya dari program ini bisa menghasilkan pecatur muda Indonesia yang berbakat di masa depan,” kata Artsanti.
JAPFA adalah perusahaan yang telah mendukung prestasi olahraga catur Indonesia sejak lebih dari 20 tahun lalu.
JAPFA mulai berkiprah di dunia catur pada tahun 2000 dengan menggelar Tournament JAPFA Classic di Bali, yang menghadirkan Grand Master (GM ) top dunia, seperti GM Anatoly Karpov (Rusia), GM Jan Timman (Belanda), GM Yasser Seirawan (AS), GM Alexander Khalifman (Rusia), serta satu pecatur wanita jenius yakni GM Judit Polgar (Hungaria) yang kemudian tampil sebagai juara.
JAPFA juga pernah membentuk tim catur harapan Indonesia dengan julukan "The Dream Team".
Inilah langkah awal pembinaan catur berjenjang di Indonesia, hingga akhirnya melahirkan Grand Master. Di putra ada GM Susanto Megaranto dan di putri WGM Irene Kharisma Sukandar yang meraih norma Granmaster wanita pertamanya pada, JAPFA Chess Festival ke-3 tahun 2008. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek