Kedatangan mantan Dirut PLN tersebut terasa mengejutkan. Sebab, pada waktu bersamaan, Dahlan sebenarnya dipanggil Komisi VII DPR. "Lebih penting ke sini, ada dua ribu karyawan yang nasibnya dipertaruhkan," tuturnya dalam acara penandatanganan MoU (memorandum of understanding) hutan tanaman industri (HTI) antara PTKL dan Pemkab Nias Utara, Sumatera Utara, kemarin.
Dahlan mengatakan, selain menandatangani MoU itu, kedatangannya ke PTKL adalah untuk mengetahui kondisi perusahaan tersebut. Termasuk aktivitas kerja para karyawan. Tak lupa, dia mengapresiasi langkah direksi yang bisa menjadikan PTKL kembali beroperasi.
"Lumayan, yang penting sudah bisa menggaji karyawan," ujar Dahlan. Padahal, Kementerian BUMN sudah memiliki rencana untuk menutup pabrik tersebut. "Seandainya (karyawannya, Red) hanya 100"200 orang, saya tutup. Betul, saya tutup! Tapi, ternyata hampir dua ribu orang. Kita merenungi nasib karyawan jika pabrik ini ditutup," tegasnya.
Dahlan yang tiba pukul 13.15 disambut Direktur Utama PTKL Budi Kusmarwoto. Sekitar 10 menit kemudian, dia mengikuti presentasi dari direktur selama 20 menit. Selanjutnya, giliran Dahlan memberikan paparan di hadapan direksi dan staf PTKL serta undangan.
Paparan Dahlan diawali dengan sikapnya terhadap PTKL. Dia sengaja memilih prinsip yang cukup keras untuk kebangkitan PTKL. Misalnya, menolak pengajuan penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 150 miliar untuk PTKL. "Dimodali oleh negara hanya akan membuat malas, manja, tidak kreatif, tanpa solusi," tuturnya.
Belum tentu juga PMN digunakan untuk kepentingan produksi kertas. Karena itu, dia mencari cara agar PTKL bisa bangkit berkat usaha sendiri. "Saya lebih bangga kalau PTKL ini bisa hidup tanpa bantuan negara," tegasnya.
Hal itu pula yang membuat Dahlan menunjuk Budi Kusmarwoto menjadi Dirut PTKL. Dengan bekal pengalaman yang panjang, dia menganggap Budi sebagai orang yang tepat untuk membangkitkan kembali PTKL. "Orangnya pinter, banyak akal, banyak jalan keluar. Saya tahu betul itu," ungkapnya.
Dia tak menampik bahwa cukup berat tugas Budi Kusmarwoto di PTKL. Terutama untuk menumbuhkan motivasi kerja para karyawan. "Dua tahun ini kan enak kerjanya, santai. Lebih enak dan lebih sering tidur di rumah. Kalau dituntut bekerja lagi, memang bisa menimbulkan masalah berbeda," terangnya.
Dahlan pun meminta para karyawan PTKL membantu tugas Dirut untuk memotivasi rekan kerja mereka. Sebab, komunikasi antarteman dalam beberapa hal lebih efektif. "Bisa saling mengingatkan, saling memotivasi, jangan menunggu inisiatif dari direksi saja," kata Dahlan.
Dahlan juga menyebut keputusannya menunjuk Budi sebagai Dirut PTKL pada 28 Mei lalu mulai membawa hasil. Itu terbukti dari beberapa perubahan yang terjadi di PTKL. Bahkan, Dahlan mengaku tak menyangka hasil yang diraih PTKL saat ini melebihi yang dia harapkan.
PTKL sendiri tidak berproduksi sekitar dua tahun satu bulan. Dahlan menyatakan, BUMN itu sejatinya sudah hampir mati. Bahkan, dia mengibaratkan PTKL sudah berada di ruang ICU rumah sakit.
"Sekarang sudah keluar dari RS. PTKL ini hampir mati karena tidak cocok dengan zamannya. Mengapa sekarang mulai bangkit, karena cocok dengan zamannya. Sekarang sudah bagus, bukan hanya untuk PTKL sendiri, tapi juga bagus untuk negara," terang Dahlan.
Dia mengapresiasi terobosan PTKL yang memanfaatkan bahan baku dari pisang abaca. Apalagi, menurut paparan Budi, di Jepang jenis itu digunakan untuk bahan baku uang kertas. "Saya setuju. Ini titik terang menuju jalan baru. Ini babak baru," kata Dahlan.
Tak hanya itu, Dahlan juga menyambut baik MoU dengan Kabupaten Nias Utara yang menyediakan 11 ribu hektare lahan untuk HTI. Dengan demikian, kerja sama tersebut bisa menguntungkan kedua pihak.
Dia juga menyebut peran serta Japan Pulp and Paper cukup besar. Sebab, sejak 2008 mereka masih konsisten mendampingi proyek pembuatan pulp jerami hingga sekarang. (eem/aad/jpnn/c4/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Dorong Bangun Perumahan Harga Rp200 Juta
Redaktur : Tim Redaksi