jpnn.com, JAKARTA - Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ibnu Khajar berharap seluruh elemen bangsa bisa berperan bagi Indonesia ketika negara menghadapi persoalan di Laut Natuna. Sebab, kata dia, persoalan yang dihadapi Indonesia di Natuna, berkaitan dengan kedaulatan bangsa.
"Kalau ada anak bangsa yang diam ketika Natuna diganggu, kalau ada anak bangsa yang tidak tergerak membantu, kalau ada tokoh masyarakat, politisi, para ulama yang tidak tergerak ketika Natuna diganggu, sungguh sudah melupakan bahwa bangsa ini telah diperjuangkan dengan darah dan tenaga," kata Ibnu ditemui di kantor ACT, Jakarta Selatan, Jumat (10/1).
BACA JUGA: ACT Kirim Ribuan Ton Pangan Buat Warga dan TNI di Natuna
Lebih lanjut, kata Ibnu, elemen bangsa perlu menyingkirkan perbedaan ketika Indonesia menghadapi persoalan di Natuna. Elemen bangsa perlu bersatu demi kedaulatan Indonesia.
"Lupakan kita pernah berbeda. Kita beda suku, agama, mungkin beda banyak hal, beda pilihan politik juga, cuma hari ini kita bersatu. Lupakan hal yang membuat kita berbeda. Hari ini kita bersatu, bersama jaga Natuna," ucap dia.
BACA JUGA: Prabowo Buka Peluang Tiongkok Eksploitasi Natuna, Begini Respons Moeldoko
Ibnu pun menuturkan, ACT turut mengambil peran ketika Indonesia menghadapi persoalan di Natuna. ACT meluncurkan program "Aksi Bela Indonesia, Natuna Memanggil".
Dari program ini, ACT menyalurkan 1000 ton pangan untuk warga dan prajurit TNI yang berada di Natuna. ACT akan bekerja sama dengan pemerintah daerah di Natuna dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) agar penyaluran bantuan menjadi tepat sasaran.
BACA JUGA: Pernyataan Tegas Jenderal TNI Andika Perkasa saat Ditanya Kasus Natuna
Ribuan ton bantuan pangan, akan diberikan dalam waktu dekat secara bertahap. Ibnu pun berharap bantuan ini bisa menjaga semangat warga dan TNI di Natuna mengawal perbatasan bangsa.
"Hari ini kami mulai dengan bantuan logistik, karena dari TNI mengatakan kemungkinan ada gelar operasi militer jangka panjang. Jadi, ketika ada ucapan begitu, jangan sampai para penjaga bangsa ini, mereka tidak mendapatkan bantuan logistik untuk jangka panjang," timpal Ibnu. (mg10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan