Panglima TNI Diminta Siagakan Pasukan Serang Abu Sayyaf

Senin, 02 Desember 2019 – 17:40 WIB
Pasukan TNI. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Nasib tiga warga negara Indonesia atau WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina masih tidak jelas. Anggota Komisi I DPR Farhan meminta Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyiagakan pasukan untuk menyerang lokasi yang diduga menjadi tempat kelompok Abu Sayyaf. 

Politikus Partai NasDem itu mengaku kecewa karena hingga kini pemerintah Malaysia dan Filipina terkesan lamban dalam menangani persoalan tersebut.

BACA JUGA: Jokowi Minta Presiden Duterte Selamatkan WNI yang Disandera Abu Sayyaf

“Saya kecewa karena hingga kini pemerintah Malaysia dan Filipina terkesan lamban dalam menangani kasus ini,” kata Farhan dalam siaran persnya, Senin (2/12).

Farhan mengatakan sejak peristiwa itu terjadi, tidak ada kemajuan signifikan dalam upaya pembebasannya. Bahkan, ujar Farhan, tidak ada kabar terkait kondisi terakhir tiga WNI itu dari pihak yang berwenang, khususnya pemerintah Malaysia dan Filipina.

BACA JUGA: WNI Disandera, Para Penculik Bersenjata Api dari Filipina Minta Uang Tebusan

Menurut dia, Malaysia dan Filipina merupakan dua negara yang paling bertanggung jawab dalam kasus ini. “Malaysia bertanggung jawab karena insiden terjadi di perairan Sabah dan bosnya asal Malaysia, sementara Filipina harus bergerak cepat karena kelompok penculik berafiliasi dengan Abu Sayyaf di Filipina,” ujar Farhan.

Karena itu, politikus dari Jawa Barat itu mengusulkan supaya pasukan TNI disiagakan di lokasi persembunyian kelompok Abu Sayyaf, karena kurangnya keseriusan Malaysia dan Filipina dalam upaya pembebasan sandera asal Indonesia.

BACA JUGA: Mari Berdoa, Masih Ada Dua WNI Disandera di Filipina

Farhan memahami bahwa aksi militer tidak bisa secara serta merta dan sepihak dilakukan TNI karena terkait batas teritori dan kedaulatan negara lain. Hanya saja, Farhan menegaskan, kesiapan pasukan TNI menjadi faktor penting sebagai bukti keseriusan pemerintah Indonesia dan tekanan kepada Malaysia khususnya Filipina,  agar serius dalam menangani kasus ini.

Farhan mengatakan perlu ada kerja sama militer antarnegara. Namun, tegas dia, kalau militer Filipina tidak sanggup, biarkan TNI yang menyelesaikan kasus penculikan ini dengan caranya sendiri.

Lebih lanjut Farhan menuturkan supaya kasus ini tidak terus berulang, kerja sama keamanan harus lebih serius di antara negara anggota ASEAN, khususnya wilayah perairan yang rawan tindak kejahatan.

Menurut dia, hal ini penting untuk pertahanan sehingga tercipta kawasan regional yang aman dan stabil. “Patroli militer bersama, rutin dan intensif, di perairan Indonesia, Malaysia, Filipina harus semakin ditingkatkan,” ujarnya.

Seperti diketahui, tiga WNI yang berprofesi sebagai nelayan disandera kelompok Abu Sayyaf. Mereka berasal dari Baubau, dan Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra). Mereka adalah Maharudin Lunani (48), puteranya yang bernama Muhammad Farhan (27), dan kru kapal Samiun Maneu (27). Mereka diculik dari kapal saat tengah melaut di perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah, Malaysia.(boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler