jpnn.com, NEW DELHI - Tiongkok mulai menarik mundur pasukannya dari perbatasan dengan India di lembah pegunungan Himalaya. Seperti diketahui, pada akhir Juni lalu terjadi bentrokan antara tentara kedua negara yang menyebabkan 20 korban tewas dari pihak India.
Menurut sumber anonim di dalam pemerintah India, militer Tiongkok terlihat membongkar tenda dan bangunan di Lembah Galwan dekat tempat bentrokan terakhir terjadi.
BACA JUGA: Kapal Induk Amerika Beraksi di Laut China Selatan, Tiongkok Cuma Bisa Melongo
Kendaraan terlihat menyingkir dari daerah itu, serta di Hotsprings dan Gogra, dua zona perbatasan yang diperebutkan.
Berdasarkan catatan singkat dari India dan Tiongkok yang dirilis pada Senin, kedua belah pihak menyatakan telah setuju untuk menarik mundur pasukan secara signifikan.
BACA JUGA: Dihajar Pandemi dan Banjir, Ekonomi Tiongkok Masih Bisa Tumbuh?
Catatan dari India juga menyebutkan kedua belah pihak telah sepakat untuk menghormati Garis Kendali Aktual (LAC) yang mencerminkan posisi di sepanjang bagian perbatasan yang diperebutkan. Aspek itu tidak termasuk dalam catatan Beijing terkait pertemuan tersebut.
Menanggapi pertanyaan apakah Tiongkok telah memindahkan dari Lembah Galwan, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian mengatakan kedua belah pihak mengambil langkah-langkah efektif untuk memisahkan dan meredakan situasi di perbatasan.
"Kami berharap India akan bertemu Tiongkok di jalan tengah dan mengambil langkah konkret untuk melaksanakan apa yang disepakati kedua belah pihak, terus berkomunikasi secara erat melalui saluran diplomatik dan militer, serta bekerja sama untuk mendinginkan situasi di perbatasan," kata Zhao dalam konferensi pers, Senin.
Pasukan Tiongkok dan India bertempur selama berjam-jam di perbatasan Himalaya pada malam 15 Juni, yang mengakibatkan sedikitnya 20 tentara India tewas. Tiongkok belum mengonfirmasi jumlah korban dari pihak mereka.
Jumlah korban tewas dari pihak India adalah yang tertinggi sepanjang sejarah perselisihan di wilayah perbatasan tersebut dalam lebih dari lima dekade.
Peningkatan konflik itu membuat pejabat militer kedua negara melakukan pembicaraan selama berminggu-minggu untuk membahas cara mengurangi ketegangan. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil