Demo Tuntut Wali Kota Mundur Ricuh, Satu Polisi Terluka

Selasa, 10 Januari 2012 – 01:49 WIB

TASIK – Unjuk rasa puluhan mahasiswa di Bale Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Senin (9/1), berujung ricuh. Para mahasiswa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia itu terlibat bentrok dengan petugas dari Polresta Tasikmalaya dan Satuan Polisi Pamong Praja.

Satu anggota Pengendali Masyarakat (Dalmas) Polres Kota Tasikmalaya mengalami luka di pelipis dan pipi kanan akibat terkena pukulan. Belakangan diketahui anggota Dalmas yang luka itu bernama Briptu Sigit.

Dari pantauan Radar Tasikmalaya (JPNN Group), Sigit terkena pukulan saat terjadi aksi dorong-mendorong antara mahasiswa dengan polisi di depan pintu masuk gedung bale kota. Begitu Sigit terkena pukulan, polisi langsung mendorong massa keluar dari area pintu masuk. Beberapa orang anggota Dalmas lainnya sempat merasa geram dan berusaha mencari pelaku. Namun aksi itu dihadang Kasat Shabara AKP Stiyana dan Kabag Op Kompol Yono Kusyono.
 
Usai kejadian, Sigit kemudian langsung dipapah Kasat Shabara menuju mobil patroli untuk dibawa ke rumah sakit guna diberikan perawatan. Sebelum pulang, para demonstran sempat berusaha merusak mobil truk Dalmas yang terparkir di halaman pemkot. Mereka juga sempat akan menurunkan bendera merah putih di halaman pemkot. Namun aksi tersebut keburu dicegah petugas kepolisian dan Pol PP.
 
“Kita sudah mencoba untuk bersifat persuasif dan preventif. Yang kita kedepankan mencegah aksi dorong-dorongan sehingga anggota kami banyak yang luka. Tolong kami juga ingin tahu apa maksud dan tujuan mereka (pengunjuk rasa, red) seperti itu. Seolah-olah mereka tidak murni menyampaikan pendapat, apa yang diinginkan oleh mereka,” ujar Kabag Op Polresta Tasikmalaya Kompol Yono Kusyono usai pengamanan demo di Bale Kota.

Awalnya para mahasiswa itu meminta agar wali kota turun. Mereka sempat melakukan aksi bakar ban di tengah Jalan Letnan Harun (depan balai kota), sebelum akhirnya masuk ke kompleks kantor wali kota. Di halaman kantor wali kota, mereka kemudian memaksa petugas polisi dan Satpol PP untuk membiarkan mereka masuk sweeping PNS. Tujuannya, mencari seorang PNS yang menurut mereka pernah memukul mahasiswa saat aksi unjuk rasa beberapa waktu lalu.

“Sementara yang diusung mereka akan mencari PNS yang memukul. Kalau mereka kita biarkan masuk ke dalam (bale kota, red) apa yang akan terjadi" Tetep kita-kita juga (yang disalahkan, red),” papar Yono.

Ke depan Yono berharap, pemerintah kota bersikap kooperatif ketika ada kejadian-kejadian yang berkaitan dengan aksi kekerasan, sehingga langkah pencegahan dapat segera diambil. Jika dibiarkan terus berlarut-larut, permasalahan tersebut tidak akan pernah selesai. “Ya kita juga tidak tahu apa ada pemukulan atau tidak. Hanya paling tidak pemkot sendiri yang jadi sasaran demo, proaktif lah untuk menyelesaikan masalah ini. Kalau memang ada penganiayaan (atau) pemukulan kenapa tidak laporan,” katanya. (pee)
BACA ARTIKEL LAINNYA... TKI Asal Subang Meninggal di Yordania


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler