Demokrat: Kenaikan Harga BBM tak Terhindarkan

Rabu, 21 Maret 2012 – 05:03 WIB

JAKARTA - Ketua DPP Partai Demokrat Departemen Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Didik Muriyanto mengatakan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tak bisa terhindarkan. Menurutnya, harga BBM Rp 4.500 per liter jauh lebih rendah dari harga pokok sehingga berdampak pada membengkaknya subsidi.

"Harga Minyak Dunia dan Konsumsi dalam negeri melonjak demikian tinggi yang membawa konsekuensi subsidi BBM menjadi semakin besar. Dalam APBN 2012, asumsi harga minyak mentah Indonesia USD 90/barrel sebagai patokan," kata Didik di Jakarta, Selasa (20/3).

Didik mengungkapkan, selama Februari rata-rata harga minyak mentah USD 122,17/barrel. Sedang konsumsi BBM meningkat 35,8 juta kilo liter pada 2010 menjadi 38,5 juta kilo liter pada 2011. Akibatnya, subsidi untuk BBM sepanjang 2012 akan melonjak dari Rp.123,6 Triliun menjadi Rp. 191,1 Triliun.

Dengan terjadinya peningkatan harga minyak dunia kata Didik, tidak ada cara yang lebih bijak kecuali menyesuaikan harga BBM untuk mengurangi subsidi. Pengurangan subsidi BBM akan dikompensasikan dengan pengalihan subsidi untuk rakyat miskin dengan BLT, BLSM dan program pembangunan lainnya seperti infra struktur, pendidikan, perumahan dan transportasi.

"Kalau ada pihak yang menentang kebijakan penyesuaian harga BBM dengan alasan mengedepankan kepentingan rakyat miskin, apalagi melakukan sebuah ancaman untuk menurunkan pemerintah yang sah adalah sebuah tindakan yang tidak bertanggung jawab dan wajib hukumnya untuk dilakukan perlawanan,” katanya.

Karenanya, Didik meminta agar seluruh pengambil kebijakan, politisi dan pengusaha harus memahami secara komprehensif agar bisa merasakan nuansa kebatinan perekonomian nasional dan nasib bangsa keseluruhan. Kata dia, kenaikan harga BBM terpaksa dilakukan untuk menyelamatkan perekonomian. (awa/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lawan Rekomendasi BK, Gerindra Pertahankan Kader Penyakitan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler