Demokrat Sindir Pencalonan Gibran, Kader PDIP: Apa Perlu Dibuka Jejak Digital Pak SBY?

Selasa, 21 Juli 2020 – 06:06 WIB
Presiden Jokowi dan Pak SBY. Foto: BPMI

jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Tangerang Selatan Wanto Sugito angkat suara terkait tuduhan politik dinasti oleh elite Demokrat atas pencalonan Gibran Rakabuming Raka di Pilwakot Solo.

Wanto menilai tuduhan elite Demokrat itu seakan menepuk wajah Susilo Bambang Yudhoyono.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: SBY Lebih Baik dari Jokowi, Sakit Hati Achmad Purnomo pada Gibran, Prediksi Pak JK

"Kami heran dengan sejumlah pernyataan elite Demokrat yang muncul di media maupun medsos. Kenapa petinggi Demokrat harus repot mempertanyakan soal penetapan Gibran Rakabuming sebagai calon Wali Kota Solo yang diusung PDI Perjuangan," ujarnya di Jakarta.

Sekretaris Jenderal Relawan Perjuangan Demokrasi (REPDEM) ini juga melihat SBY saat menjabat sebagai Presiden Keenam RI itu banyak menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan partai.

BACA JUGA: Wasekjen Demokrat: Istana Jangan Sampai Jadi Posko Pemenangan Gibran

"Apa perlu dibuka jejak digital, saat SBY di istana kerap bicara tentang Partai Demokrat?" sambung Wanto.

Dia menyarankan Demokrat lebih baik mengurusi dapur sendiri dibanding ikut campur urusan PDIP.

BACA JUGA: Bikin Twit, Bang Ruhut Sindir Pihak-pihak Galau soal Gibran bin Jokowi

Sebab, Wanto melihat adanya pemberitaan bahwa penetapan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai Ketua Umum Partai Demokrat secara aklamasi digugat pendirinya.

Di antara pendirinya adalah Subur Sembiring, Hengki Luntungan, Murtada Sinuraya yang tergabung dalam FKPD (Forum Komunikasi Pendiri dan deklarator) Partai Demokrat.

Aktivis 98 dari UIN Syarif Hidayatullah ini mengatakan sebaiknya demokrat menyelesaikan urusan internalnya.

“Jadi lebih baik Demokrat fokus dulu di internalnya dan mempersiapkan kadernya untuk bertarung di pilkada 2020 daripada meramaikan soal penetapan Gibran,” imbuhnya.

Wanto juga menegaskan bahwa Demokrat seharusnya sadar dan lebih mengintropeksi diri untuk tidak banyak berkomentar sinis tentang penetapan Gibran. Apalagi diketahui bahwa Demokrat tidak memiliki kursi di DPRD Surakarta.

Menurutnya, apa yang dilontarkan ke media dan medsos ibarat pepatah menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri.

"Seandainya Pak Jokowi membuka pintu koalisi kepada Demokrat, bisa ditebak SBY akan segera menyodorkan nama AHY masuk ke kabinet. Jadi meributkan dan mengaitkan dinasti politik ibarat menepuk air di dulang, tepercik muka sendiri,” jelasnya.

Bagi PDI Perjuangan, pengumuman 45 calon kepala daerah oleh Megawati Soekarno putri adalah mandat yang harus dilaksanakan dengan kerja keras demi memenangkan suara rakyat.

"Seharusnya ada kesadaran bahwa cuitan di medsos itu tidak akan memenangkan suara rakyat. Namun, menangis dan tertawa bersama rakyatlah yang membuat kita bahagia,” tutupnya. (tan/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler