"Bagaimana kubu Foke-Nara ini pada putaran pertama semua menjelek-jelekan, tapi alhamdulillah masyarakat cukup cermat, cukup cerdas, dan tahu bahwa Foke adalah sosok pekerja, bukan sosok yang mencari popularitas," kata Nurhayati, kepada wartawan, Senin (3/9), di gedung parlemen, Jakarta.
Dia menegaskan, Foke tidak pernah mencari popularitas dengan program-programnya di DKI. "Padahal program-programnya banyak yang spektakuler," kata Nurhayati.
Ketua Fraksi Demokrat di DPR itu mencontohkan program Foke yang sukses seperti jembatan layang di Casablanca. "Banyak sekali yang dia lakukan tapi dia tidak mencari popularitas. Jadi, dia bekerja tidak untuk mencari popularitas, itu Foke," katanya.
Makanya, lanjut Nurhayati, ketika putaran pertama Foke yang dikeroyok tetap mampu meraih 33 persen lebih suara. "Itu adalah kecerdasan warga DKI dalam memilih gubernur, dan itu membanggakan," tegasnya.
Bagaimana dengan putaran kedua nanti saat Foke akan bersaing melawan Jokowi-Basuki yang menjadi jawara pada putaran pertama? Nurhayati yakin bahwa Foke tak akan dikeroyok lagi karena banyak partai pengusung pasangan calon gubernur lainnya yang telah memutuskan untuk bekerja bersama Demokrat.
"Karena pada putaran pertama bahwa Foke dikeroyok ramai-ramai tetap menang, maka parpol lain yang dengan penuh kesadaran mendukung Foke (di putaran kedua)," katanya. "Karena kecerdasan rakyat, ini berjalan secara alami. Jadi, tidak ada lagi mengatakan keroyok mengeroyok. Istilah keroyok mengeroyok membuat saya jadi ketawa. Kok kayak preman keroyok-keroyokan?" timpalnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Batalkan Salat Jumat di Masjid Al-Azhar Jakarta
Redaktur : Tim Redaksi