jpnn.com, HONG KONG - Peringatan kedatangan badai tropis tidak menghalangi ratusan orang untuk hadir di Pengadilan Distrik Timur Hong Kong. Mereka adalah para aktivis yang sengaja datang untuk memberikan dukungan moral kepada 44 demonstran yang menjalani persidangan.
Para demonstran itu ditangkap pada Minggu (28/7) setelah aksi di dekat kantor perwakilan Tiongkok di Hong Kong berakhir ricuh. "Saya tidak takut untuk protes. Semua yang terjadi hari ini hanya membuat saya kian marah," ujar Gartner, salah seorang aktivis yang hadir di pengadilan, sebagaimana dikutip BBC. Massa berkali-kali meneriakkan kalimat "Bebaskan Hong Kong".
BACA JUGA: Tesla Bangun Pabrik di Tiongkok Untuk Pangkas Harga Mobil Listriknya
Belasan demonstran yang ditangkap berstatus pelajar. Paling muda adalah remaja perempuan berusia 16 tahun. Hakim menyetujui permintaan pengajuan bebas dengan jaminan hingga September mendatang untuk 43 orang. Namun, mereka diberi jam malam. Satu orang mangkir dari proses peradilan. Hakim mengeluarkan surat perintah penangkapan untuknya.
BACA JUGA: Demonstran Hong Kong Sukses Bikin Beijing Murka
BACA JUGA: Klaim Terbaru Tiongkok soal Muslim Uighur di Xinjiang, Mudah-mudahan Jujur
Puluhan demonstran yang ditangkap itu dijerat dengan dakwaan melakukan tindak kerusuhan. Untuk kali pertama, dakwaan tersebut diterapkan di Hong Kong. Jika mereka dinyatakan bersalah, hukuman maksimalnya mencapai 10 tahun penjara. Dalam pernyataan di persidangan, polisi menuduh massa prodemokrasi menyerang polisi dan melakukan tindakan yang melanggar perdamaian.
"Mereka memblokade jalan dengan payung, batang bambu, kayu, dan railing," bunyi pernyataan kepolisian di persidangan. Demonstran juga menyerang polisi dengan batu dan berbagai benda lainnya.
BACA JUGA: Demonstran Hong Kong Sukses Bikin Beijing Murka
Aktivis prodemokrasi dan saksi menyatakan, massa sejatinya melakukan aksi damai. Kericuhan terjadi karena polisi yang memulai. Minggu itu, massa hanya diperbolehkan berdemo di Chater Garden. Namun, massa menolak. Larangan itu dianggap sebagai ancaman serius pada kebebasan berekspresi di Hong Kong. "Tidak ada perusuh. Yang ada hanyalah tirani," bunyi slogan yang yang selalu dilontarkan para demonstran.
Menjelang sore, ratusan demonstran juga berkumpul di depan kantor polisi Kwai Chung. Di kantor polisi tersebut, ada beberapa demonstran yang masih ditahan. Massa meminta polisi membebaskan kawan mereka. Bentrokan kecil sempat terjadi saat massa melempari kantor polisi. Petugas yang berjaga menyerang demonstran dengan semprotan merica dan tongkat.
Aksi juga terjadi di kantor polisi Distrik Tin Shui Wai dekat Yuen Long. Massa yang beraksi dengan damai diserang kelompok tidak dikenal. Mereka mengendarai mobil dan menyerang demonstran dengan kembang api. Massa berhamburan menyelamatkan diri. Setidaknya sepuluh orang mengalami luka-luka. Para penyerang langsung melarikan diri dengan menaiki mobil. Mereka tidak teridentifikasi.
Polisi mengecam serangan dengan kembang api tersebut dan berjanji untuk menyelidiki. Itulah kali kedua demonstran diserang. Pada Minggu (21/7), demonstran yang berada dalam perjalanan pulang dipukuli kelompok bertopeng di stasiun kereta api Yuen Long.
Ketegangan serupa terjadi di Australia. Ada ratusan ribu mahasiswa Tiongkok dan Hong Kong di negara tersebut. Pekan lalu mahasiswa Hong Kong di University of Queensland mengadakan aksi dukungan untuk rekan-rekan di tanah kelahiran mereka. Aksi damai itu berujung ricuh saat mahasiswa pro-Beijing mengonfrontasi. (sha/c14/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bentrok Polisi Vs Demonstran Hong Kong Makin Brutal, Turis Ikut Jadi Korban
Redaktur & Reporter : Adil