DEN: Biaya Penyaluran & Perluasan Infrastruktur Gas Perlu Dijaga agar Bisa Bertahan dan Berekspansi

Selasa, 12 September 2023 – 13:39 WIB
Ilustrasi anjungan minyak dan gas bumi lepas pantai. (ANTARA/HO-Pertamina)

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto, mengatakan keberlangsungan industri hilir sebagai pengguna migas, sektor industri midstream migas, serta industri produsen migas sama-sama penting dan harus berkontribusi positif kepada negara.

DEN mengingatkan pentingnya menjaga keberlangsungan industri dalam ekosistem produsen dan pengguna minyak dan gas (migas) nasional.

BACA JUGA: SIG Ajak Vlogger & Masyarakat Rembang Bijak Berekspresi di Medsos

Hal ini berkaitan dengan kebijakan harga gas bumi (non Harga Gas Bumi Tertentu/HGBT), yang seringkali membutuhkan penyesuaian dan perlu dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan.

Oleh karena itu ketiga sektor tersebut semestinya saling mendukung dan tidak ada yang dirugikan mengingat adanya ketergantungan yang tinggi satu sama lain.

BACA JUGA: Hadirkan Akses Mobilitas Listrik Energi Bersih, Utomo Charge+ Gandeng IDPRO

”Penyediaan energi penting untuk dijaga keberlangsungan dan keberlanjutannya mulai dari hulu hingga hilir. Sehingga, diperlukan pemahaman yang sama baik oleh konsumen, produsen, maupun perusahaan jasa di bagian midstream,” ucap Djoko.

Djoko sepakat sektor industri hilir perlu didukung sehingga mampu meningkatkan daya saing dan harga gas bumi.

BACA JUGA: The Rising Tide A Resonance 2023: Le Minerale & TNI Kampanye Stop Wariskan Sampah

Beberapa faktor lain yang perlu diupayakan agar industri dapat menjaga daya saing di kancah global di antaranya ketersediaan bahan baku yang kompetitif, produktifitas SDM, pemanfaatan teknologi, inovasi, layanan konsumen, efisiensi selain daripada energi itu sendiri, baik sebagai bahan baku maupun bahan bakar.

”Di sektor hulu, perlu menjaga keberlanjutan suplai gas yang mana jika keekonomian lapangan tidak terpenuhi maka investasi di hulu tidak akan berlanjut,” sebutnya.

Pemerintah menurutnya telah mengambil kebijakan untuk tidak mengurangi keekonomian di sektor hulu dengan mengurangi bagian negara.

”Biaya penyaluran dan perluasan infrastruktur gas perlu dijaga agar industri midstream dapat bertahan dan berekspansi untuk menjamin investasi,” terusnya.

Pemerintah saat ini turut membiayai pembangunan jaringan gas bumi, transmisi, distribusi, dan ke rumah tangga.

Apabila jaringan infrastruktur gas semakin luas, maka akan mendorong serapan gas.

”Kemudian harga gas di hilir diformulasikan agar dapat menjaga bisnis industri hilir gas bumi maupun iklim investasi distribusi gas bumi tetap sehat dan kondusif. Saat ini, pemerintah melalui Kementerian ESDM sudah hadir untuk menjaga tata kelola gas bumi ini berjalan dengan fair dan transparan,” tutur Djoko.

Faktanya, berdasarkan data Competitiveness, harga gas hulu di Indonesia masih cukup baik jika dibandingkan dengan negara-negara sekitar. Begitu juga dengan kompetitivenes harga gas midstream di Indonesia cukup baik dibandingkan negara lain.

DEN menyimpulkan posisi harga gas di Indonesia di pengguna akhir baik untuk harga yang ditetapkan melalui kebijakan HGBT dan harga gas yang ditentukan oleh mekanisme B to B (Business to Business) masih berada pada level kompetitif.

”Bila harga gas yang ditentukan secara B to B ada kenaikan harga di hulu maka dapat di-passthrough kepada konsumen akhir, sehingga tidak mengganggu keekonomian di midstream. Semakin banyak penyerapan gas akan semakin baik keekonomian di sektor hulu dan midstream, bagi industri pengguna gas yang berhak mendapatkan HGBT bisa mengusulkan ke Kementerian Perindustrian untuk diproses, dan yang telah diusulkan bisa dipercepat prosesnya,” ungkapnya.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler