jpnn.com - JAKARTA – Pecinta sepak bola Indonesia sempat dibuat mengelus dada ketika melihat Boaz Solossa terkapar saat membela tim nasional melawan Hongkong pada 2007 silam.
Ketika itu, Boaz mengalami cedera kaki yang sangat parah. Ironisnya, PSSI seolah lepas tangan dengan kondisi salah satu talenta terbaik Indonesia itu.
BACA JUGA: Jokowi Berhalangan, Pak JK Buka TAFISA
Proses penyembuhan cedera pemain Persipura Jayapura itu berlarut-larut. Boaz akhirnya dibiayai Persipura untuk menjalani pengobatan.
Seolah belum cukup, pecinta sepak bola Indonesia kembali dibuat miris dengan nasib yang menimpa Fachri Firmansyah.
BACA JUGA: Inilah Strategi Moeldoko Cegah Tunggakan Gaji Pemain
Mantan pemain U-19 yang memperkuat Timnas U-19 di COTIF Cup Spanyol itu menderita cedera engkel dan patah tulang kaki.
Sepulang dari turnamen, dia harus menanggung sendiri biaya pengobatannya. Sampai saat ini, Fachri belum pulih. Fachri terpaksa berhenti bermain sepak bola dan bekerja sebagai satpam.
BACA JUGA: Menpora Meriahkan Lomba Poco-Poco Jelang Tafisa Games
Dua kasus itu sangat menghantam dada Moeldoko. Salah satu calon Ketum PSSI itu sangat prihatin karena Boaz dan Fachri yang memiliki kemampuan oke terabaikan.
Sebagai pecinta sepak bola, dada Moeldoko seperti ditinju melihat nasib keduanya. Hal itulah yang membuatnya bertekad menjamin keselamatan pemain jika terpilih sebagai Ketum PSSI.
Caranya ialah dengan menggunakan jaminan asuransi dan kesehatan.
“Bagaimana mungkin seorang yang membela Merah Putih bisa ditelantarkan begitu saja saat berjuang untukn egaranya. Di sini klub maupun PSSI punya kewajiban mutlak untuk merawat pemain yang cedera saat bertanding, sama halnya dengan negara kita merawat prajurit yang berperang untuk kedaulatan bangsa,” kata Moeldoko, Sabtu (8/10).
Dia mengatakan, jaminan asuransi maupun kesehatan bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Salah satunya bekerja sama dengan rumah sakit negara. Di era industri, akan muncul kebutuhan produk asuransi maupun penyedia asuransi bagi pemain.
Dia mencontohkan langkah Persib Bandung yang menggandeng FWD Life Indonesia.
“Ke depannya bisa dibayangkan, dengan asumsi sepuluh ribu orang pemain dari level ISC A, ISC B, Liga Nusantara, akan sangat memungkinkan dibuat produk asuransi yang dapat meng-cover pesepak bola,” kata Moeldoko.
Langkah itu tentu merupakan simbiosis mutualisme alias saling menguntungkan. Perusahaan asuransi bisa mereguk untung. Sedangkan keselamatan pemain juga terjaga.
Selain itu, bisa juga dengan bekerja sama dengan pemerintah yang memiliki Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON).
“Adanya kerja sama dengan RSON ini tentunya akan mempermudah akses bagi pemain untuk penyembuhan cederanya, karena mereka ditangani oleh dokter-dokter yang memiliki pengetahuan khusus tentang cedera olahraga, termasuk sepak bola,” imbuh pria yang ikut menggawangi renovasi Stadion Siliwangi pada 2011 itu. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Adik yang Ngeyel Bertekad Bikin Persipura Jengkel
Redaktur : Tim Redaksi