Dengan Segala Respek ke Jerman, Sanchez Yakin Chile Juara Piala Konfederasi

Minggu, 02 Juli 2017 – 13:40 WIB
Alexis Sanchez dan Arturo Vidal. Foto: AFP

jpnn.com, ST PETERSBURG - Dua tahun lalu, di Copa America, tidak ada yang menjagokan Chile menjadi juara meski berstatus tuan rumah. Namun Arturo Vidal, Alexis Sanchez, Claudio Bravo dan Gary Medel berdiri bersama mengukir kejutan di Santiago. Mereka membekuk Argentina yang notebene lebih difavoritkan juara.

Empat pemain tersebut kembali berdiri bersama dengan panji La Roja – julukan Chile – tahun lalu, di ajang dan lawan yang sama. Tepatnya di Copa America Centenario.

BACA JUGA: Jerman Susul Chile ke Final Piala Konfederasi 2017

Nah, Senin (3/7) dini hari nanti WIB di Krestovsky Stadium, Saint Petersburg, mereka tetap berdiri bersama melawan juara dunia 2014 Jerman pada final Piala Konfederasi 2017 (Siaran Langsung RTV pukul 01.00 WIB).

Pertanyaannya, bisakah kali ini mereka kembali mengangkat trofi pada tahun ketiganya beruntun? ''Kami bukan favorit, jika kami difavoritkan, lebih baik kami tidak ke sini. Tapi kami punya mentalitas, dengan segala respek ke Jerman, kami punya mental keluar dari tekanan, lalu memenanginya,'' kata Sanchez, dikutip AS.

BACA JUGA: Bravo! Chile Singkirkan Portugal di Semifinal Piala Konfederasi

Bukan hanya jadi trofi Piala Konfederasi pertama di edisi pertama berpartisipasi, mampu mengalahkan Jerman berarti jadi torehan ketiga Chile di tiga major tournament beruntun. Ditarik ke belakang, cuma ada tiga negara yang bisa juara tiga kali atau lebih secara beruntun. Tiga tim tersebut di antaranya Brasil, Argentina, dan Prancis.

Seperti apa yang disebut media-media di Chile, tres, yang artinya tiga. Itu yang kini sudah ada dalam bayangan Chile. Bahkan, Sanchez tak mempedulikan kutukan juara Piala Konfederasi yang susah juara di Piala Dunia. ''Kini kami ingin jadi juara, dan semoga bisa kembali ke Rusia tahun depan lalu bertarung untuk jadi juara,'' klaimnya.

BACA JUGA: Pelatih Chile Bersyukur Portugal Tak Bisa Full Team

Kecuali Medel dan Bravo, Sanchez dan Vidal selalu menjadi kekuatan Chile dalam empat laga sejak fase grup. Saat ditahan Jerman 1-1 pada laga fase grup di Kazan (23/6), cuma Bravo yang absen. Namun dari situ sudah bisa diketahui kunci Juan Antonio Pizzi sebagai entrenador Chile bagaimana caranya menekuk Die Mannschaft, julukan Jerman.

Chile perlu mengulangi dominasi penguasaan bola atas Jerman yang notebene tim dengan ball possession terbaik di Piala Konfederasi. Begitu pula dengan pressure tinggi dan kecerdikan Chile dalam mereduksi pemain Jerman membuat peluang. Hanya, mereka harus lebih bagus lagi, terutama dalam manajemen fisiknya yang malah anjlok di babak kedua.

Begitu pula dengan buruknya efektifitas golnya. Hanya mencetak satu gol dari 11 shots-nya itu bukan catatan bagus. Sanchez pun gagal mencatat shots on goal. ''Perbanyaklah peluang dan gol pun akan datang,'' sebut Pizzi, dikutip situs resmi FIFA. Bagi Pizzi, dia bisa mengoleksi dua trofi juara dalam dua tahun era kepelatihannya di Chile.

Sementara Vidal, dilansir Sport 1, meminta rekan setimnya mengusung hal yang beda dibandingkan duel di Kazan. ''Lebih berambisilah memberi trofi bagi Chile, anggap turnamen ini seperti tampil di Piala Dunia, dan jika kami menang maka kami bisa memberi sinyal bagi tim lainnya di tahun depan, bahwa kami juga tim terbaik dunia,'' koar Il Guerriero, julukannya.

Mudahkah itu? Apalagi Jerman datang ke final dengan motivasi menyamai sukses skuad U-21-nya yang baru saja menjuarai Euro U-21 mengalahkan Spanyol 1-0 di final kemarin WIB (1/7). Seperti tantangan Bild, mampukah dua gelar didapatkan dalam tiga hari? ''Tidak ada yang bisa meramalkan final,'' ucap Joachim Loew, der trainer Jerman, dikutip situs Deutchland.

Setidaknya, sama seperti Chile, Loew sudah paham bagaimana meladeni perlawanan Cile. Dalam konferensi pers-nya tadi malam WIB, Jogi – sapaan akrab Loew – menyebut bahwa di laga nanti akan ada sedikit perubahan formasi dibandingkan laga semifinal.

Menurutnya, ada sedikit koreksi dari kekuatan timnya saat ditahan Chile 1-1. ''Tentunya, kami ingin meningkatkan tekanan di lini depan dibandingkan pertemuan pertama,'' ungkapnya. Tapi, Loew tidak membeberkan perubahan seperti apa yang akan dia lakukan. Tak cuma rotasi pemain, dia juga bisa mengganti formasinya.

Terutama dengan formasi tiga beknya yang bisa berubah jadi empat bek, menyesuaikan karakter tekanan Chile. Pelajaran dari Kazan, bek-bek Jerman tidak lebih cepat ketimbang para pemain menyerang Chile. ''Kami akan coba mencapai puncak performa apabila ingin menang di laga ini,'' sebut Loew, dikutip FAZ. (ren)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Vidal: Ronaldo Tidak Ada Apa-apanya, Chile akan ke Final


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler