jpnn.com, JAKARTA - Menristekdikti Mohamad Nasir bercerita bahwa dirinya pernah divonis dokter terkena hipertensi atau tekanan darah tinggi pada 1998.
’’Tekanan darah saya 120/180,’’ katanya saat membuka kegiatan healthy talk di kantornya, Selasa (26/3).
BACA JUGA: Menristekdikti: Politeknik Negeri Madiun Wajib Luluskan Ahli Perawatan Kereta MRT
Saat itu dokter menanyakan Nasir naik apa saat kontrol. Ternyata, Nasir bersama istrinya naik mobil. ’’Bahaya. Bapak bisa mati,’’ ucap Nasir menirukan perkataan dokter kala itu.
Seketika itu Nasir cemas. Sebab, risiko hipertensi adalah mati mendadak. Saat itu usia Nasir belum genap 40 tahun. Anak-anaknya masih kecil.
BACA JUGA: Pemerintah Siapkan Beasiswa Difabel dan Atlet Berprestasi bagi Mahasiswa Baru
BACA JUGA: Selain Makanan, ini Beberapa Faktor Risiko yang Bisa Meningkatkan Kadar Asam Urat
Akhirnya, dia menuruti semua anjuran dokter. Antara lain, cek kolesterol. Hasilnya pun mengagetkan. Kolesterolnya 320. Trigliseridanya juga di atas 300. HDL kurang dari 30.
BACA JUGA: Antisipasi Koneksi Internet Padat, Soal UTBK Harus Diunduh Panitia
’’Saya prihatin. Masak saya mati muda,’’ tuturnya. Akhirnya, dia memulai pola hidup sehat. Dia teratur berolahraga dan menjaga pola makan.
BACA JUGA: Benarkah Minuman Manis Picu Pertumbuhan Kanker?
’’Setelah mengikuti anjuran dokter, alhamdulillah saya sehat,’’ ucapnya. (wan/c20/oni)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dosen Tanpa Sertifikat Kompentensi jadi Penghuni Laboratorium Saja
Redaktur : Tim Redaksi