Densus 88 Kecolongan

Sabtu, 17 Agustus 2013 – 05:15 WIB

jpnn.com - JAKARTA – Dua polisi ditembak oleh orang tak dikenal hingga tewas ketika patroli di Pondok Aren tadi malam. Keduanya adalah Aiptu Kus Hendratno dan Bripka Ahmad Maulana.

Jenazah keduanya kini masih di RS Polri, Kramatjati. Dua anggota polisi itu tertembak di bagian kepala saat melakukan patroli jelang peringatan Hari Kemerdekaan.

BACA JUGA: Bersertifikat Meningitis Palsu, Pemberangkatan Haji Ditunda

Tewasnya dua anggota korps Bhayangkara ini menambah daftar panjang teror terhadap anggota Polri. Ini juga bukti Polri kecolongan.  Padahal,  Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri berada dalam level siaga dalam tiga hari ini. Satuan elite berlambang burung hantu itu telah disiapkan mengantisipasi serangan mendadak dari kelompok teroris.

’’Betul, seluruh unit siaga penuh 3 x 24 jam,’’ ujar seorang perwira di lingkungan antiteror Polri kepada Jawa Pos (grup Radar Lampung) sebelum penembakan polisi di Pondok  Aren kemarin.  

BACA JUGA: Satu Pelaku Penembak Polisi Terluka

Seluruh anggota berada dalam kewaspadaan tertinggi. "Tidak boleh meninggalkan pos masing-masing," katanya tanpa merinci apa yang dimaksud "pos" itu.

Densus 88 hingga kini masih melacak serangan bom Wihara Ekayana yang terjadi pada 4 Agustus 2013 di Jakarta Barat. Dalam sebuah operasi cepat di Jogjakarta, mereka meringkus dua orang pada Jumat (9/8) bertepatan hari kedua Idul Fitri. "Hingga kini masih diperiksa kaitannya," ujar polisi yang sedang menempuh  studi master (S-2) di Universitas Indonesia itu.

BACA JUGA: Dua Polisi Tewas Ditembak OTK

Tim antiteror juga sedang adu cepat dengan tahanan  kasus terorisme Lapas Tanjunggusta, Medan, yang belum tertangkap. Satu yang cukup diwaspadai adalah Fadli Sadama yang cerdas dan berbakat sebagai perencana atau inisiator. "Kita juga masih mengejar Basri atau Bagong yang lepas di Poso, April lalu," katanya.

Dari sisi timing atau waktu, peringatan 17 Agustus sangat strategis bagi kelompok teroris. "Kita harus mencegahnya sekuat mungkin," ungkapnya.

Pada perayaan Lebaran 2012, Kota Solo diserang oleh sekelompok teroris. Serangan pertama terjadi pada 17 Agustus 2012 ketika pos pengamanan mudik di Gemblekan diberondong pelaku tidak dikenal.

Serangan kedua keesokan hari, 18 Agustus 2012, ketika pos pengamanan mudik di Gladak dilempar sebuah granat nanas. Serangan ketiga terjadi pada 30 Agustus 2012 ketika sekelompok teroris menembaki pos polisi pasar modern Singosaren, Solo. Akibat dari tiga serangan, dua orang anggota polisi luka dan seorang tewas.

Terpisah, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar berharap masyarakat ikut proaktif mengantisipasi terorisme. "Mohon jangan abaikan hal-hal mencurigakan sekecil apa pun," katanya.

Boy mencontohkan kewaspadaan satpam di Bundaran Hotel Indonesia, Kamis (15/8). Begitu melihat ada orang yang mencurigakan langsung dilaporkan polisi. Belakangan, orang bersorban itu rupanya bukan teroris, namun mengalami gangguan stres. "Tapi, itu bagus. Satpam merasa orangnya mirip dengan DPO Lapas Tanjunggusta, lalu dilaporkan. Ini patut dicontoh," ungkapnya. (kyd/jpnn/p3/c2/ary)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Selama Arus Mudik, 5.387 Kendaraan Rusak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler