"Jangka waktunya tidak dibatasi, yang jelas tentu secepatnya kita upayakan untuk terungkap," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar kemarin. Tim Densus 88 Mabes Polri berada di Solo untuk membantu Polda Jawa Tengah mengungkap dua penyerangan terhadap pos polisi.
Seperti diketahui, pada penyerangan pertama, 17 Agustus 2012, orang tidak dikenal memberondong pos pengamanan di Gemblekan, dengan senjata api FN, yang meninggalkan tujuh selongsong peluru dan menyebabkan dua polisi terluka.
Pada serangan kedua, 18 Agustus 2012, di Gladak, pos polisi dilempar dengan peledak. Meski tidak menyebabkan korban dan kerusakan material, serangan itu sempat menyebabkan kepanikan dan keresahan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui juru bicaranya Julian Adrin Pasha meminta Polri tidak menganggap remeh dua kasus itu. Presiden memonitor dan berharap kasus itu segera bisa dituntaskan.
Menurut Boy, informasi soal kelompok mana yang melakukan serangan itu sudah mengerucut. "Ada data-data kita sebelumnya yang match (cocok)," ujar jenderal bintang satu ini.
Penyerang itu diduga mempunyai dendam terhadap polisi. "Siapa mereka belum bisa saya ungkapkan karena memang penyidikannya masih berjalan," katanya.
Secara terpisah Mustofa Nahrawardaya koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) menilai penyerangan itu cenderung dilakukan oleh copy cat atau peniru. "Supaya seakan-akan yang melakukannya kelompok teroris tertentu," katanya.
Mustofa yang juga aktivis PP Muhammadiyah itu berharap polisi objektif. "Kalau memang tidak ada kaitan dengan terorisme segera ungkapkan, jangan berlarut-larut sehingga banyak timbul spekulasi," ujarnya.(rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Baasyir Berharap Pindah Ke Solo
Redaktur : Tim Redaksi