Idealnya, jika memang sudah menjadi TO (target operasi), pelaku dilumpuhkan atau ditangkap sebelum bisa melakukan aksi teror. "Ingat, Densus punya kemampuan yang sangat hebat," tambahnya.
Musthofa yang juga pengurus PP Muhammadiyah itu juga menyesalkan penembakan mati Farhan dan Mukhsin sehingga mengakibatkan satu anggota Densus meninggal. "Apakah penyergapan itu tidak diperhitungkan dulu, misalnya, dengan meminimalkan risiko sebesar-besarnya," ucap dia.
Logikanya, jika BNPT dan Densus 88 sudah mengetahui Farhan pulang dari Filipina Selatan pada Juni 2010, tentu dia bisa dimonitor dalam jarak dekat dan tak pernah lepas dari pengawasan. "Bukankah intelijen mereka itu hebat-hebat," katanya.
Musthofa juga berharap agar BNPT dan Densus 88 menjelaskan keterkaitan kelompok Farhan dengan teror-teror sebelumnya. "Jika sepotong-sepotong, tentu informasinya akan membingungkan warga. Ujung-ujungnya, rumor bahwa peristiwa terorisme ini sudah diskenario menjadi desas-desus yang sulit dibantah," tandasnya.
Dia menambahkan, hampir setiap ada kasus besar, terjadi terorisme. "Sekarang saat polisi sedang disorot korupsi Korlantas, tiba-tiba saja muncul kelompok-kelompok dengan nama-nama yang baru dan terkesan dikait-kaitkan," ungkapnya. (rdl/c10/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perlu Operasi Khusus Berantas Teroris
Redaktur : Tim Redaksi