Densus Siapkan Operasi Besar di Poso

Sabtu, 20 Oktober 2012 – 07:23 WIB
JAKARTA - Perburuan terhadap pelaku pembunuhan dua polisi di Poso Pesisir terus berlanjut. Kemarin tim Densus 88 dari Mabes Polri menangkap tiga orang di Lore Utara, Poso, Sulawesi Tengah. Mereka membawa panah dan buku.

"Masih belum dipastikan teroris, kita punya 7 x 24 jam," ujar seorang penyidik Densus 88 saat dihubungi kemarin. Tim itu sedang bersiap-melakukan penggerebegan besar-besaran di hutan Tamanjeka, Poso Pesisir.

Dua polisi yang tewas adalah Briptu Andi Sappa dan Brigadir Sudirman. Keduanya menangani penyidikan kasus teror bom di Poso. Briptu Andi adalah anggota Polres Poso di unit buru sergap (buser) Satreskrim, sedangkan Brigadir Sudirman berdinas sebagai kanit intel Polsek Poso pesisir.

Keduanya hilang kontak selama 8 hari sebelum akhirnya ditemukan tewas 16 Oktober lalu. Jenazah ditemukan anggota TNI yang melakukan pencarian di Dusun Weralulu Desa Tokorondo dan Dusun Tamanjeka Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir. Lokasi itu berada 40 km arah barat Kota Poso.

Secara terpisah, sumber Jawa Pos menyebut pengejaran kelompok yang diduga pelaku dilakukan secara hati-hati. Sebab, mereka diduga telah memasang ranjau-ranjau dengan bahan peledak aktif di jalan-jalan setapak. "Kami meyakini mereka akan buat seperti di Jalin Jantho," katanya.

Jalin Jantho adalah nama sebuah kamp tadrib asykari (latihan militer)  yang dibongkar Densus 88 pada akhir 2009 di Aceh. Dari kamp itulah puluhan orang dari berbagai aliran menyusul ditangkap. Termasuk Abu Bakar Baasyir yang ditangkap di Banjar, Ciamis, Jawa Barat, Agustus 2010.

Tim Densus menduga hutan Tamanjeka akan dijadikan front pertempuran baru. "Kita sedang berkoordinasi dengan satuan satuan TNI untuk proses pengejaran," katanya.

Secara terpisah, Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) mendatangi Mabes Polri kemarin. Rombongan yang dipimpin juru bicara Sonhadi membantah melakukan pelatihan militer di Poso, Sulawesi Tengah. "JAT konsentrasinya fokus pada aktivitas dakwah di seluruh wilayah Indonesia. Kita sedang menyebarkan aktivitas dakwah, belum konsentrasi sampai tempat-tempat pelatihan jihad," ujarnya.     

Ia mengaku baru mendengar nama daerah Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Poso, yang disebut sebagai tempat pelatihan militer jaringan teroris. JAT membantah jika kelompoknya juga dikaitkan dengan jaringan teroris Poso.   

Tamanjeka itu merupakan tempat yang kita sendiri asing dan baru tahu dari media. JAT tidak memiliki program pelatihan militer dan perlu diingat bahwa konflik Poso adalah konflik lama, sekitar 1998. Jauh sebelum JAT berdiri, konflik Poso sudah terjadi," katanya.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigjen Boy Rafli Amar menjelaskan, informasi tersebut didapat dari keterangan tersangka teroris yang telah ditangkap sebelumnya. "Kami masih mengembangkannya. Ini kan info dari tim intelijen," katanya.    

Boy mengapresiasi dan menyambut rombongan JAT. "Kami terima klarifikasinya. Memang kami sedang melakukan pengembangan," katanya, lantas menyalami Sonhadi. (rdl/ca)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemuda Jangan Terseret Kepentingan Pragmatis

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler