"Bismillah, ini kita sudah komitmen untuk mencari dalang utamanya, hidup atau mati," ujar seorang perwira anti teror saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (2/11). Di Poso, perburuan terhadap teroris dibagi dalam regu-regu khusus.
Ada tim Brimob yang spesialisasi di medan terbuka seperti lembah dan hutan. Lalu, di Densus sendiri juga dibagi menjadi unit-unit kecil, ada yang spesialisasi perang kota, intelijen, dan kontraintelijen. Semua komando melapor pada penanggungjawab operasi yakni Brigjen Rudi Sufahriadi, dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Rudi adalah mantan Kapolres Poso pada 2007, saat itu terkenal dengan tragedy Tanah Runtuh, dimana Densus 88 baku tembak dengan kelompok bersenjata dan 13 orang tewas.
Menurut perwira yang tak bisa ditulis pangkat dan namanya ini, Santoso adalah mastermind atau otak utama teror di Poso. "Mereka membangun basis, mengumpulkan orang-orang dari lima provinsi masuk ke Poso secara bertahap,"katanya.
Dari sisi skill tempur, Santoso memang tak bisa dianggap remeh. Dia pernah mengikuti pelatihan singkat di Moro dan menguasai teknik gerilya. "Mereka bahkan sudah membangun flying camp atau kamp bergerak. Jadi, ketika satu kamp kami temukan sudah kosong, geser lagi, kosong lagi," katanya.
Di bekas kamp-kamp itu mereka meninggalkan berbagai ranjau dan jebakan."Jika Santoso tertangkap, Insya Allah Poso bisa dikendalikan lagi,"tutupnya.
Santoso juga diduga kuat sebagai dalang penembakan dua polisi di depan BCA Palu 2011 lalu. Saat itu, sekelompok orang berkendaraan sepeda motor tiba-tiba memberondong tembakan ke arah polisi yang sedang duduk-duduk .
Di forum jihad online di internet, nama Santoso juga sudah dinobatkan sebagai qo"id atau pemimpin kelompok yang menamakan diri Sariyatu Tsa"ri wad Dawaa (Kelompok Pembalasan dan Obat Penawar).
Walaupun sudah diserbu ratusan polisi bahkan TNI, di forum internet mereka tetap optimistis akan menang. "Kami adalah Junuudun Akhfiyaa (pasukan senyap) yang akan melawan setiap thaghut yang datang ke bumi Poso," tulis mereka.
Di Mabes Polri, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigjen Boy Rafli Amar menjelaskan, tim DVI dan dokter RS Polri masih memastikan identitas Jipo alias Ibeng yang tewas dalam baku tembak Rabu lalu. "Kami masih mencari sampel DNA-nya dari NTB," katanya.
Menurut Boy, Jipo jelas bukan nama aslinya. "Itu keterangan dari teman-temannya yang tertangkap hidup. Di kelompok seperti ini, nama asli sudah dihilangkan. KTP apalagi, mereka tidak punya seperti itu,"katanya.
Meski begitu, ada satu simpul dari kelompok Jipo yang dibekuk di desa Kalora, Poso. Yakni, mereka berasal dari pondok pesantren di Bima, NTB yang pimpinannya sudah ditangkap dan divonis 17 tahun penjara pada sidang Maret lalu. "Kami akan telusuri kesana, tapi belum bisa dimpulkan bahwa semua alumni pesantren itu ada di Poso sekarang, mungkin saja oknum,"katanya.(rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 5 Hakim Terindikasi Pemakai Narkoba
Redaktur : Tim Redaksi