Densus Temukan 50 Kg Bahan Bom

Rabu, 09 Januari 2013 – 09:40 WIB
JAKARTA - Satu demi satu alat bukti tindak pidana terorisme ditemukan oleh tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri. Di Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), polisi mengklaim menemukan bahan baku pembuatan bom dalam jumlah besar. "Masih dihitung totalnya, tapi kira-kira hampir setengah kuintal (50 kg, Red)," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar d kemarin (8/1).
   
Bahan baku bom itu ditemukan dalam penyisiran lapangan di kebun kacang di daerah Dompu, NTB. "Itu tersebar di beberapa titik," kata Boy. Polisi menduga bom itu akan digunakan untuk menyerang beberapa target di Bima dan Lombok. "Kelompok ini mengincar hotel, kantor polisi dan juga tempat wisata," ujar mantan Kapoltabes Padang itu.
   
Boy tak membantah bahwa itu membuktikan kontrol bahan peledak oleh Polri kebobolan. Namun, dia berdalih hal itu terjadi karena kelompok teroris semakin kreatif mencari bahan.
   
Jika bahan baku 50 kg bom itu disatukan dan digunakan untuk menyerang, dampaknya bisa fatal. Sebagai ilustrasi, peledakan Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Jakarta pada 2009 hanya membutuhkan bahan bom tak lebih dari lima kilogram. Berarti, jika 50 kilogram diledakkan secara sekaligus, efek ledakannya 10 kali lipat. "Bisa sampai 500 meter radius ledakannya," ujar seorang penyidik anti teror yang tak mau disebutkan namanya.
   
Bahan itu merupakan campuran antara nitrat urea dengan bahan kimia lain yang sudah dimodifikasi. "Sebenarnya pupuk urea murni yang dimampatkan (dipadatkan, red) saja sudah cukup berbahaya," kata sumber tersebut.
   
Di bagian lain, keluarga terduga teroris yang ditembak Densus 88 akan terbang ke Jakarta. Termasuk keluarga Hasan alias Kholil dari Makassar. Istri Kholil, Endang, akan meminta bantuan advokasi dari tim pengacara muslim di Jakarta. Kholil ditembak di Masjid Nur Afiyah RSUP Dr Wahidin Makassar tanpa perlawanan. 
   
Informasi yang dihimpun Jawa Pos dari kalangan aktivis di Bima, mereka akan membentuk tim pencari fakta sebagai sarana informasi pembanding polisi. "Ada informasi bahwa yang ditembak di NTB sebenarnya sudah ditangkap sehari sebelumnya. Mereka disuruh lari lalu ditembak," ujar seorang aktivis Bima yang menolak ditulis identitasnya.
   
Orang-orang yang ditembak itu berlatarbelakang petani dan pedagang kue. "Mereka bukan orang yang berkemampuan khusus. Jangankan menembak, memegang senjata pun belum pernah," katanya. Hasil tim pencari fakta di NTB akan dibawa ke Jakarta. Mereka akan melapor ke Komnas HAM dan Komisi III DPR. (rdl/ca)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pakai Mobil Listrik Bisa Hemat Biaya Pengobatan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler