JAKARTA-Perburuan terhadap perampok toko emas di kawasan Tambora berujung pada pengungkapan sisa-sisa jaringan teroris. Polisi menembak mati Makmur alias Bram, pimpinan rampok yang dianggap melawan saat hendak ditangkap.
"M ini adalah DPO dalam kasus perampokan CIMB Niaga Medan 2010," ujar Kabareskrim Komjen Sutarman kemarin (15/03).
Pengungkapan jaringan ini awalnya dilakukan oleh tim reserse mobile Polda Metro Jaya pimpinan AKBP Hery Heryawan yang melacak perampokan toko emas Terus Jaya di kawasan Tubagus Angke, Tambora, Jakarta 10 Maret lalu.
"Setelah dikembangkan, ini positif kelompok teror yang sedang melakukan operasi pengumpulan dana atau fa’i,’’ ujar mantan Kapolda Metro Jaya itu. Pengungkapan kelompok ini menjadi semacam ’’berkah’’ bagi Densus 88 karena sedang disorot bahkan dituntut untuk dibubarkan oleh sejumlah organisasi masyarakat termasuk PP Muhammadiyah.
Menurut Sutarman, tiga orang terpaksa ditembak mati. ’’Karena mereka bersenjata, melawan dan membahayakan petugas,’’ kata mantan Kapolwiltabes Surabaya itu. Penembakan bertempat di dua lokasi berbeda.
Penangkapan pertama dilakukan di jalan C, gang Lilis, kawasan Teluk Gong, Jakarta Barat Kamis 14 Maret tengah malam. Dalam operasi itu, Makmur tewas sedangkan temannya Hendra ditangkap hidup.
Dari keterangan Hendra, polisi bergerak ke sebuah tempat di daerah Pondok Aren, Tangerang. Mereka membekuk Kodrat, seorang yang belakangan diketahui juga DPO kasus bom Beji, Depok. Kodrat tewas.
Tim lalu geser ke Pekayon, Bekasi Selatan membekuk Kiting. Dari keterangan Kiting, mereka menyerbu gudang mebel di kampung Babakan, Mustika Sari, kecamatan Mustika Jaya, Bekasi. Di tempat ini seorang tersangka ditembak mati, atas nama Arman dan satu ditangkap hidup atas nama Siswanto. Satu orang lagi atas nama Togop dibekuk di jalan Kapuk Muara, Jakarta Utara dalam keadaan hidup.
Menurut Sutarman, di lokasi gudang medel itu ditemukan 14 bom pipa, 5 senjata api, peluru kaliber 9 mm sebanyak 34 butir, dua sepeda motor, dan emas 1 kilogram.
"Emasnya cocok dengan yang dirampok. Jadi memang ini operasi mencari dana kelompok teroris dengan jalan merampok," kata orang nomor satu Korps Sidik Sakti Indra Waspada ini.
Penggrebekan bedeng di Kampung Babakan, RT 02/03, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, itu kontan saja menggegerkan seisi kampung. Lasih (35), warga sekitar menuturkan, kronologis penggrebekan bermula dari kedatangan puluhan anggota Resmob Polda Metro Jaya sekira pukul 05.30. Petugas menggunakan dua kendaraan pribadi mengenakan pakaian preman.
"Saya sedang masak, kok banyak orang," kata Lasih, kemarin. Wanita yang tinggal persis di depan lokasi persembunyian pelaku itu, mengatakan, puluhan anggota polisi kemudian mengepung bangunan semi permanen bertingkat dua dengan dinding yang terbuat dari seng . Setelah mengepung beberapa anggota kemudian mendobrak pintu yang terbuat dari seng itu.
"Suara tendangannya keras banget, polisi minta kami suruh masuk ke dalam rumah. Mereka bilang katanya polisi," katanya. Tidak lama kemudian, sejumlah polisi berhasil masuk ke dalam, bangunan yang berdiri sejak setahun silam itu.
Bahkan, beberapa kali dia mendengar suara gaduh dari dalam. Namun, dirinya tidak mendengarkan suara tembakan dari lokasi penggrebekan itu. "Ampun pak, ampun pak," kata dia menirukan seorang pelaku yang berhasil dibekuk.
Usai melumpuhkan pelaku, seorang anggota kemudian mengambil borgol yang ada di mobil. Tidak lama kemudian terlihat olehnya dua orang pelaku sudah diborgol dengan tangan di belakang. Seorang pelaku bernama Arman ditutup kepalanya menggunakan kantong kresek warna hitam. "Tangannya diborgol, satu kepalanya ditutup pakai kresek hitam, si Agus nggak. Kemudian dibawa ke mobil," jelasnya.
Sementara itu, Ketua RT 2, Rasim mengungkapkan, saat penggrebekan itu dirinya langsung diminta petugas kepolisian untuk menyaksikan penggeledahan lokasi penggrebekan. "Saya dipanggil untuk menyaksikan. Saya lihat ada dua orang yang diamankan, di situ juga ada emas dan pistol," katanya.
Usai dilakukan penggeledahan, sekitar pukul 07.00, dua pelaku kemudian dibawa polisi untuk melakukan pengembangan. Satu di antara pelaku terpaksa ditembak petugas karena dianggap melawan saat pengembangan.
Sementara itu, bom-bom rakitan yang ditemukan polisi langsung diamankan tim Gegana dari Polda Metro Jaya. Tim Gegana datang di lokasi sekitar pukul 10.00 dengan peralatan lengkap. Polisi kemudian memasang garis polisi dengan jarak 15 meter dari lokasi ditemukannya bom rakitan itu.
Petugas juga melakukan evakuasi kepada warga yang rumahnya berdekatan dengan lokasi untuk menjauh, sebab petugas akan meledakkannya. Akhirnya, sekitar pukul 11.00, satu buah bom rakitan berdaya ledak rendah itu diledakkan. Sedangkan 13 bom rakitan lainnya dievakuasi dari dalam gudang penyimpanan barang yang terletak di lantai dua bangunan tersebut. Lalu dibawa tim Gegana ke Mabes Polri guna penyelidikan lebih lanjut.
Kasat Resmob Polda Metro Jaya, AKBP Hery Heryawan, mengatakan dari hasil penggeledahan, polisi menyita sebanyak lima pucuk senjata api jenis Scorpion dan 14 bom pipa satu di antaranya diledakkan.
Perhiasan emas seberat sekitar 1 kilogram, dua sepeda motor, dan tiga handphone milik perampok yang diduga juga terkait teroris.Dia mengatakan, sebanyak 13 bom pipa itu kemudian akan dilakukan pemeriksaan oleh Mabes Polri.
Herry menjelaskan, timnya masih mengejar anggota jaringan ini. "Kita bersama tim Densus Polda Metro dan juga Mabes," kata penangkap Hercules dan penembak kaki John Kei ini.
Sementara itu, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) akan meminta penjelasan kepada Polri terkait penembakan terhadap tiga terduga teroris tersebut. Bahkan, Kompolnas juga akan meninjau standard operating procedure (SOP) yang dilakukan kepolisian soal tindakan hukumnya di lapangan.
"Semua itu ada SOP-nya. Represif bisa saja dilakukan asalkan terduga teroris berusaha melawan dan menyerang, bahkan melakukan tindakan yang membahayakan petugas," kata anggota Kompolnas, Edi Hasibuan, saat dihubungi, kemarin (15/3).
Namun demikian, Edi mengaku, segala tindakan yang selama ini dilakukan teroris sudah sangat mengganggu dan meresahkan masyarakat. Biar bagaimana pun Kompolnas tetap akan mendukung kepolisian dalam melakukan melakukan pemberantasan terhadap teroris.
"Mereka ini berbahaya dan harus terus dibersihkan, karena bisa menyeret masyarakat dalam melakukan aksi teror," pungkasnya. (dny/ydh)
"M ini adalah DPO dalam kasus perampokan CIMB Niaga Medan 2010," ujar Kabareskrim Komjen Sutarman kemarin (15/03).
Pengungkapan jaringan ini awalnya dilakukan oleh tim reserse mobile Polda Metro Jaya pimpinan AKBP Hery Heryawan yang melacak perampokan toko emas Terus Jaya di kawasan Tubagus Angke, Tambora, Jakarta 10 Maret lalu.
"Setelah dikembangkan, ini positif kelompok teror yang sedang melakukan operasi pengumpulan dana atau fa’i,’’ ujar mantan Kapolda Metro Jaya itu. Pengungkapan kelompok ini menjadi semacam ’’berkah’’ bagi Densus 88 karena sedang disorot bahkan dituntut untuk dibubarkan oleh sejumlah organisasi masyarakat termasuk PP Muhammadiyah.
Menurut Sutarman, tiga orang terpaksa ditembak mati. ’’Karena mereka bersenjata, melawan dan membahayakan petugas,’’ kata mantan Kapolwiltabes Surabaya itu. Penembakan bertempat di dua lokasi berbeda.
Penangkapan pertama dilakukan di jalan C, gang Lilis, kawasan Teluk Gong, Jakarta Barat Kamis 14 Maret tengah malam. Dalam operasi itu, Makmur tewas sedangkan temannya Hendra ditangkap hidup.
Dari keterangan Hendra, polisi bergerak ke sebuah tempat di daerah Pondok Aren, Tangerang. Mereka membekuk Kodrat, seorang yang belakangan diketahui juga DPO kasus bom Beji, Depok. Kodrat tewas.
Tim lalu geser ke Pekayon, Bekasi Selatan membekuk Kiting. Dari keterangan Kiting, mereka menyerbu gudang mebel di kampung Babakan, Mustika Sari, kecamatan Mustika Jaya, Bekasi. Di tempat ini seorang tersangka ditembak mati, atas nama Arman dan satu ditangkap hidup atas nama Siswanto. Satu orang lagi atas nama Togop dibekuk di jalan Kapuk Muara, Jakarta Utara dalam keadaan hidup.
Menurut Sutarman, di lokasi gudang medel itu ditemukan 14 bom pipa, 5 senjata api, peluru kaliber 9 mm sebanyak 34 butir, dua sepeda motor, dan emas 1 kilogram.
"Emasnya cocok dengan yang dirampok. Jadi memang ini operasi mencari dana kelompok teroris dengan jalan merampok," kata orang nomor satu Korps Sidik Sakti Indra Waspada ini.
Penggrebekan bedeng di Kampung Babakan, RT 02/03, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, itu kontan saja menggegerkan seisi kampung. Lasih (35), warga sekitar menuturkan, kronologis penggrebekan bermula dari kedatangan puluhan anggota Resmob Polda Metro Jaya sekira pukul 05.30. Petugas menggunakan dua kendaraan pribadi mengenakan pakaian preman.
"Saya sedang masak, kok banyak orang," kata Lasih, kemarin. Wanita yang tinggal persis di depan lokasi persembunyian pelaku itu, mengatakan, puluhan anggota polisi kemudian mengepung bangunan semi permanen bertingkat dua dengan dinding yang terbuat dari seng . Setelah mengepung beberapa anggota kemudian mendobrak pintu yang terbuat dari seng itu.
"Suara tendangannya keras banget, polisi minta kami suruh masuk ke dalam rumah. Mereka bilang katanya polisi," katanya. Tidak lama kemudian, sejumlah polisi berhasil masuk ke dalam, bangunan yang berdiri sejak setahun silam itu.
Bahkan, beberapa kali dia mendengar suara gaduh dari dalam. Namun, dirinya tidak mendengarkan suara tembakan dari lokasi penggrebekan itu. "Ampun pak, ampun pak," kata dia menirukan seorang pelaku yang berhasil dibekuk.
Usai melumpuhkan pelaku, seorang anggota kemudian mengambil borgol yang ada di mobil. Tidak lama kemudian terlihat olehnya dua orang pelaku sudah diborgol dengan tangan di belakang. Seorang pelaku bernama Arman ditutup kepalanya menggunakan kantong kresek warna hitam. "Tangannya diborgol, satu kepalanya ditutup pakai kresek hitam, si Agus nggak. Kemudian dibawa ke mobil," jelasnya.
Sementara itu, Ketua RT 2, Rasim mengungkapkan, saat penggrebekan itu dirinya langsung diminta petugas kepolisian untuk menyaksikan penggeledahan lokasi penggrebekan. "Saya dipanggil untuk menyaksikan. Saya lihat ada dua orang yang diamankan, di situ juga ada emas dan pistol," katanya.
Usai dilakukan penggeledahan, sekitar pukul 07.00, dua pelaku kemudian dibawa polisi untuk melakukan pengembangan. Satu di antara pelaku terpaksa ditembak petugas karena dianggap melawan saat pengembangan.
Sementara itu, bom-bom rakitan yang ditemukan polisi langsung diamankan tim Gegana dari Polda Metro Jaya. Tim Gegana datang di lokasi sekitar pukul 10.00 dengan peralatan lengkap. Polisi kemudian memasang garis polisi dengan jarak 15 meter dari lokasi ditemukannya bom rakitan itu.
Petugas juga melakukan evakuasi kepada warga yang rumahnya berdekatan dengan lokasi untuk menjauh, sebab petugas akan meledakkannya. Akhirnya, sekitar pukul 11.00, satu buah bom rakitan berdaya ledak rendah itu diledakkan. Sedangkan 13 bom rakitan lainnya dievakuasi dari dalam gudang penyimpanan barang yang terletak di lantai dua bangunan tersebut. Lalu dibawa tim Gegana ke Mabes Polri guna penyelidikan lebih lanjut.
Kasat Resmob Polda Metro Jaya, AKBP Hery Heryawan, mengatakan dari hasil penggeledahan, polisi menyita sebanyak lima pucuk senjata api jenis Scorpion dan 14 bom pipa satu di antaranya diledakkan.
Perhiasan emas seberat sekitar 1 kilogram, dua sepeda motor, dan tiga handphone milik perampok yang diduga juga terkait teroris.Dia mengatakan, sebanyak 13 bom pipa itu kemudian akan dilakukan pemeriksaan oleh Mabes Polri.
Herry menjelaskan, timnya masih mengejar anggota jaringan ini. "Kita bersama tim Densus Polda Metro dan juga Mabes," kata penangkap Hercules dan penembak kaki John Kei ini.
Sementara itu, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) akan meminta penjelasan kepada Polri terkait penembakan terhadap tiga terduga teroris tersebut. Bahkan, Kompolnas juga akan meninjau standard operating procedure (SOP) yang dilakukan kepolisian soal tindakan hukumnya di lapangan.
"Semua itu ada SOP-nya. Represif bisa saja dilakukan asalkan terduga teroris berusaha melawan dan menyerang, bahkan melakukan tindakan yang membahayakan petugas," kata anggota Kompolnas, Edi Hasibuan, saat dihubungi, kemarin (15/3).
Namun demikian, Edi mengaku, segala tindakan yang selama ini dilakukan teroris sudah sangat mengganggu dan meresahkan masyarakat. Biar bagaimana pun Kompolnas tetap akan mendukung kepolisian dalam melakukan melakukan pemberantasan terhadap teroris.
"Mereka ini berbahaya dan harus terus dibersihkan, karena bisa menyeret masyarakat dalam melakukan aksi teror," pungkasnya. (dny/ydh)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Oknum TNI-AL Bacok Suami Istri
Redaktur : Tim Redaksi