DEPENAS SBNI Jawab Tantangan Revolusi Industri Lewat Cara Ini

Sabtu, 01 Oktober 2022 – 22:27 WIB
Dewan Pengurus Nasional (DEPENAS) Serikat Buruh Nasional Indonesia (SBNI) menggelar diskusi publik bertema 'Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Gerakan Buruh Indonesia', di Coffe Toffe Margonda Depok, Jumat (30/9). Foto dok SBNI

jpnn.com, DEPOK - Dewan Pengurus Nasional (DEPENAS) Serikat Buruh Nasional Indonesia (SBNI) menggelar diskusi publik bertema 'Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Gerakan Buruh Indonesia', di Coffe Toffe Margonda Depok, Jumat (30/9).

Ketua Umum Depenas SBNI M Yusro Khazim mengatakan, SBNI siap menjawab tantangan zaman melalui reorientasi gerakan buruh menuju digitalisasi industri.

BACA JUGA: Peringati Hari Kesaktian Pancasila, Ganjar: Jangan Tergoda Ideologi Lain

Penanaman nilai-nilai Pancasila dalam semangat buruh menjadi keharusan.

"SDM dipersiapkan bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman dan memperjuangkan cita-cita buruh yang besar seperti terlibat memiliki saham perusahaan tempatnya bekerja,” kata Yusro.

BACA JUGA: Jokowi Beri Kemudahan Pemerintah Daerah Untuk Bangun Infrastruktur

Direktur Nusantara Center Prof. Yudhie Haryono menjelaskan, dengan adanya kepemilikan saham perusahan tempatnya bekerja, buruh akan mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan, yang bisa memperjuangkan kesejahteraan bersama.

Yudhie juga merekomendasikan  agar pendidikan formal dan informal bagi para buruh segera dihadirkan. Hal ini penting dalam pergerakan buruh.

BACA JUGA: Summarecon Bogor Luncurkan The Pinewood Extension

"SBNI harus membuat Sekolah Perburuhan Nasional agar membuat solusi dari masalah yang ada, membuat kurikulum tentang perburuhan, agar paradigma negatif tentang buruh itu tidak ada," tegas Yudhie Haryono.

Sementara itu, pegiat perburuhan Adhi Darmawan menuturkan, menurut survey Centre for Strategic and International Studies (CSIS), masalah ketenagakerjaan menduduki peringkat tertinggi ke-2 di antara masalah lain, seperti kesehatan, kesejahteraan, dan pendidikan.

Hal ini disebabkan minimnya lapangan pekerjaan di Indonesia.

"Masalah lapangan pekerjaan juga menjadi isu yang harus diselesaikan, dengan data 9 juta pekerja migran, menjelaskan bahwa lapangan kerja di Indonesia itu kurang luas, dan pada akhirnya kesejahteraannya menjadi masalah," ucap Adi.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler