Depo Kereta Api Sidotopo, Warisan Belanda Berkhas Jawa

Kamis, 05 Januari 2017 – 02:12 WIB
KHAS JAWA: Beberapa rangkaian gerbong kereta api yang mendapatkan perawatan di rumah Joglo Depo Sidotopo. Bangunan itu dibangun pemerintah Belanda untuk menghormati warga pribumi. Foto Andy Satria/Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com - JPNN.com - Depo Kereta Api Sidotopo, Surabaya, Jawa Timur memang unik. Termasuk dari sisi bangunan yang ada. Salah satunya adalah adanya rumah joglo tua di tempat perbaikan kereta tersebut.

Memasuki depo tua ini bak dibawa ke lorong waktu kembali ke zaman penjajahan.

BACA JUGA: Misterius! Lima Tempat di Bumi ini Tanpa Gravitasi

Dimana era kolonial Belanda masih berjaya. Tak salah memang, sebab bangunan ini memang dibuat oleh para penjajah Belanda.

Bagus Putra Pamungkas - Wartawan Radar Surabaya

BACA JUGA: Mau Liburan Akhir Tahun di Bali? Jangan Lupa ke Sini ya

Saat memasuki tempat utama, nuansa kuno sudah terasa. Beberapa alat tua juga masih terlihat. Bangunan tinggi menjulang menegaskan kesan Eropa yang khas.

Beralih ke sisi kanan, ada yang unik. Bangunannya tua yang saat ditatap mampu menyejukan mata.

BACA JUGA: 7 Etika Naik Pesawat yang Perlu Diketahui

Para pekerja menyebutnya sebagai rumah joglo. Sesuai namanya, arsitektur bangunan ini memang berbeda. Dimana gaya arsitektur khas Jawa sangat kentara.

“Mungkin, bangunan yang menyerupai Joglo atau rumah adat Jawa ini dibuat oleh Pemerintah Belanda untuk menghormati warga pribumi,” ujar Kahumas PT KAI Daop 8, Gatut Sutiyatmoko.
Bangunan joglo itu cukup menjulang, tingginya mencapai 12 meter. Bangunannya memanjang hungga 175 meter.

Tak ada tembok di sisi kiri kanan bangunan. Sebab, joglo tersebut memang dirancang sebagai tempat perawatan kereta.

Sebagai gantinya, ada 40 tiang besar yang menyangga bangunan. Dengan 20 tiang penyangga di masing-masing sisinya. Tiang itu terbuat dari kayu.

Cat biru muda yang mulai mengelupas di tiang menunjukan betapa tuanya rumah joglo itu.

Gatut mengaku, rumah joglo ini digunakan untuk tempat ngombong (parkir, Red) kereta yang butuh perawatan ekstra.

“Dibawah rumah joglo itu, ada dua jalur rel. Itu artinya, rumah tua ini mampu menampung dua kereta sekaligus dalam sehari. Biasanya, kereta yang ngandang butuh perawatan yang lebih karena kondisi mesin yang buruk,” bebernya.

Rumah joglo itu memang tampak kuno. Wajar memang, sebab bangunan itu tak pernah tersentuh renovasi.

“Dari semua bangunan yang ada sejak 1928, hanya rumah joglo itu yang tak pernah tersentuh renovasi. Meski usianya hampir 100 tahun, namun bangunannya tetap saja kokoh,” sambung Pengawas Lost Mechanic Depo KA Sidotopo, Arif Triwibowo.

Bangunan yang masih otentik membuat kesan tua pada Depo ini sangat kental. Terlebih, disisi kiri dan kanan joglo masih terdapat pepohonan tinggi.

Berada di dalam joglo, sepintas kita seolah sedang hidup diantara belantara hutan yang lebat.

“Semua yang ada di Depo KA Sidotopo ini memang masih sangat otentik. Meski ada beberapa renovasi, namun tak merubah bangunan asli peninggalan Belanda yang ada,” tandas Arif.

(nur/jpnn)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler