Depok jadi Wilayah Pertama Tempat Vaksinasi COVID-19, Siapa Saja Sasarannya?

Jumat, 23 Oktober 2020 – 04:30 WIB
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjelaskan kepada wartawan tentang vaksinasi COVID-19, di Puskesmas Tapos, Depok. Foto: ANTARA/Foto: Feru Lantara

jpnn.com, DEPOK - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan provinsinya merupakan daerah yang siap menerima vaksin COVID-19.

"Bodebek adalah wilayah pertama di Jabar yang akan menjadi lokasi pertama penyuntikan vaksin COVID-19. Kota Depok adalah wilayah pertama di Jabar yang menjadi tempat vaksinasi COVID-19," kata Kang Emil, panggilan Ridwan Kamil, ketika meninjau simulasi pemberian vaksin di Puskesmas Tapos Kota Depok Jawa Barat, Kamis (22/10).

BACA JUGA: Pemerintah Diminta Transparan soal Vaksin Covid-19 untuk Menghindari Keraguan Publik

Menurut Kang Emil, kota dan kabupaten Bogor, Kota Depok serta kota dan kabupaten Bekasi alias Bodebek merupakan daerah penyumbang mayoritas kasus positif COVID-19 di Jabar, 70 persen.

"Nanti yang disuntik vaksin jumlahnya tidak sedikit, mesti disesuaikan juga dengan jumlah puskesmas atau tempat-tempat lain yang akan dimanfaatkan untuk vaksinasi massal. Penyuntikan vaksin pun tidak cukup sekali," katanya.

BACA JUGA: Calon Penerima Vaksin Covid-19 Mulai Didata

Dia menambahkan, simulasi berguna untuk antisipasi dalam pelaksanaannya nanti.

Pemerintah setempat mesti memastikan jumlah puskesmas mencukupi atau memadai untuk melaksanakan vaksinasi secara massal.

BACA JUGA: Satgas Ingatkan soal Dasar Hukum dalam Pengadaan Vaksin dan Vaksinasi Covid-19

Jika memang tidak memadai, harus disiapkan tempat lain seperti gedung serba guna atau GOR, lapangan bulu tangkis dan semacamnya untuk bisa dipersiapkan sebagai tempat vaksinasi massal.

Dalam simulasi terlihat, penerima vaksin diperiksa kesehatannya terlebih dahulu, selain tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19 seperti mencuci tangan, menjaga jarak, dan menggunakan masker.

Ketika sudah dilakukan vaksinasi harus ditunggu terlebih dahulu selama tiga puluh menit setelah disuntik apakah ada reaksi langsung atau tidak.

Dia menerangkan vaksin COVID-19 yang akan disuntikkan kepada 9,1 juta masyarakat Indonesia, saat ini sedang dalam tahap uji klinis MUI dan BPOM.

Sementara kebutuhan vaksin COVID-19 di Jawa Barat mencapai 72.145.938 dosis, yakni satu orang mendapatkan dua dosis penyuntikan dengan sasaran vaksinasi sebanyak 36.072.969 orang (sasaran penduduk usia 18 hingga 59 tahun).

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jabara Marion Siagian yang juga Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Daerah Provinsi Jabar menjelaskan, vaksinasi di wilayah ini menyasar 36 juta warga rentang usia 18-59 tahun dari total penduduk hampir 50 juta jiwa.

"Untuk (warga) 60 tahun ke atas dan 18 tahun ke bawah, kami masih menunggu petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan, apakah diikutsertakan (dalam vaksinasi) atau tidak," kata Marion.

Terkait prioritas sasaran vaksinasi, Marion menuturkan bahwa prioritas pertama sesuai Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi adalah tenaga kesehatan (nakes) dan TNI/Polri dengan kebutuhan 315.564 dosis vaksin untuk total sasaran sekitar 157.782 orang di Jabar.

"Lalu untuk kelompok pelayanan publik (sebanyak) 95.248 orang dengan kebutuhan vaksin 190.496. Kami masih meng-update terus supaya pada hari-H (vaksinasi) semua kelompok prioritas ini bisa tercakup," ujarnya.

Untuk proses vaksinasi, Marion mengatakan bahwa pihaknya akan menambah jumlah tenaga vaksinator terlatih yang saat ini sudah mencapai 1.094 orang.

Sementara tenaga kesehatan di Jabar total berjumlah 85 ribu orang.

Vaksin sendiri nantinya harus disimpan dalam suhu 2-8 derajat Celsius.

Marion berujar, pihaknya terus melakukan asesmen pada alat pendingin di seluruh tempat fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di Jabar.

"Vaksin itu mulai dari pengiriman sampai ke tubuh penerima harus dalam keadaan baik, harus disimpan di suhu 2-8 derajat Celcius. Untuk itu, kami melakukan asesmen terhadap kulkas-kulkas untuk penyimpanan vaksin di semua fasyankes," ujar Marion.

Dia menjelaskan, total alat pendingin untuk menyimpan vaksin di seluruh wilayah Bodebek berjumlah 354 buah.

Setelah dilakukan asesmen, diketahui 51 alat pendingin di antaranya rusak.

Selain itu, penyimpanan vaksin COVID-19 juga menjadi perhatian karena penempatan harus diatur dengan jenis vaksin lain dalam alat pendingin tersebut.

"Karena ada vaksin yang lain seperti vaksin untuk bayi dan ibu. Dinas Kesehatan Jabar terus melakukan asesmen terhadap kulkas di fasyankes seluruh Jabar, terutama di Bodebek," ujar Marion.

Sementara tenaga vaksinator yang sudah terlatih di Bodebek berjumlah 312 orang dan masih terus ditingkatkan.

Untuk keperluan vaksin tahap pertama di Bodebek, Pemerintah Daerah Provinsi Jabar mengajukan alokasi tiga juta warga dari total 9,1 juta warga yang bisa 'divaksin' dengan vaksin yang dibeli pemerintah pusat.

Khusus untuk Kota Depok, vaksin yang dibutuhkan sebanyak kurang lebih 1,14 juta atau untuk mencukupi kebutuhan 60 persen dari total jumlah penduduk 2,4 juta jiwa.

Meski begitu, yang bisa menerima vaksin tahap pertama hanya 20 persen atau kurang lebih 300 ribu dari total sasaran 1,14 juta tersebut.

Sambil menunggu petunjuk teknis dari pemerintah pusat, Marion menegaskan bahwa pihaknya akan terus melakukan pematangan rencana vaksinasi hingga vaksin tiba dan siap disuntikkan. (antara/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler