Depresi, Agnes Kabur dari Rumah

Rabu, 02 April 2014 – 22:09 WIB

jpnn.com - SAMARINDA - Misteri Agnes Eka Saputri (22), lulusan terbaik Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, terjawab sudah. Bukan diculik, bukan pula dibawa lari laki-laki tak dikenal seperti kabar yang beredar di berbagai media sosial. Sulung tiga bersaudara ini kabur diduga karena depresi akibat beberapa masalah yang menumpuk.

Agnes bertemu lagi dengan keluarganya, kemarin (1/4) pukul 08.00 Wita. Dia dijemput keluarganya yang kemudian menuju Mapolresta Samarinda untuk mencabut laporan. Sebelumnya, Agnes dilaporkan hilang tiga jam setelah diwisuda, Sabtu (29/3).

BACA JUGA: 523 PNS Pemprov Bolos Kerja

Pada saat keluarga merayakan kelulusan di sebuah restoran di lantai dasar Plaza Mulia, Agnes raib. Dua malam lewat baru gadis itu ditemukan.

Bak kisah sinetron, Agnes ditampung Jumainah alias Iin pemilik warung di Jalan Dahlia, Kelurahan Bugis, Kecamatan Samarinda Kota. Sebelum ditampung perempuan berumur 61 tahun ini, Agnes berada di Masjid Al-Musyawarah di Jalan Angsoka.

BACA JUGA: Yogyakarta Diguncang Gempa 4,5 Skala Richter

Safari (66) adalah penjaga masjid yang menemukannya di rumah ibadah itu. Dia bingung melihat Agnes yang sedari azan asar hingga bakda isya tak kunjung pulang.

Awalnya, Safari mengira Agnes sedang berteduh karena pada malam Ahad itu hujan deras. Tapi ketika reda, pukul 20.00 Wita, Agnes tak juga pulang. Padahal, lampu masjid sudah hendak dimatikan.

BACA JUGA: Cuaca Ekstrem, Nelayan Belawan Sulit Melaut

“Saya sempat tanya, dia mau ke mana, tapi dia seperti orang linglung. Dia bilang enggak tahu,” tutur Safari, menirukan perbincangannya dengan Agnes. Begitu pula saat menanyakan asal mahasiswi berkerudung itu.

“Dia hanya bilang dari Samarinda,” tambahnya. Kepada Safari, Agnes lalu meminta izin untuk menginap di masjid. Safari pun heran melihat Agnes masih mengenakan kebaya merah jambu yang dikenakan ketika wisuda pada pagi hari.

Pria bertubuh tegap itu lalu teringat seorang tetangganya yang sedang mencari orang untuk bantu-bantu di warung. Dia pun menelepon Jumainah dan memberitahukan ada orang yang bisa dipekerjakan.

Tak lama kemudian, perempuan yang akrab disapa Iin ini datang ke masjid. Merasa iba melihat Agnes yang kedinginan, Iin mengajak Agnes bermalam di rumahnya.

“Awalnya dia tidak mau. Tapi setelah saya bujuk karena daerah di sini cukup rawan, dia mau,” jelas Iin yang ditemui di warungnya, kemarin. Perempuan yang tinggal di sana sejak tahun 70-an itu pun tak tega mempekerjakan Agnes. Dia mengatakan, Agnes bukan orang yang dia cari.

Namun, perempuan yang sudah beruban ingat cucu-cucunya yang kebanyakan perempuan. Merasa iba, dia lalu mencoba membantu. Namun, Agnes tak banyak bicara.

Iin mencoba menghibur dengan melontarkan lelucon. Memakai kebaya lengkap, Agnes dikira Iin adalah pengantin yang lari. Malam pertama di rumah Iin, Agnes puasa bicara. Iin yang tak tahu nama asli Agnes pun memanggil Agnes dengan nama Putri.

Meski tak banyak bicara, Agnes gadis yang rajin. “Selalu membantu saya di dapur,” ucapnya. Selain pendiam, perilaku Agnes terlihat biasa saja. Makannya lahap, tidurnya nyenyak.

“Seperti orang yang ingin refreshing saja,” ucapnya. Namun begitu, kegalauan tetap tak bisa dihapus dari wajah Agnes.

Baru pada Senin malam, Agnes mau berterus terang kepada Iin sekeluarga. Dia mengaku kabur dari rumah. Malam itu juga, dia menyebut nama asli dan asalnya kepada Iin. Agnes mulai berbicara setelah Farid (30), anak Iin, menerima broadcast message bahwa Agnes sedang dicari-cari.

Agnes pun bercerita kenapa dia bisa sampai di masjid. Setelah ditinggal sang ayah salat di Plaza Mulia, dia tiba-tiba ingin keluar dari mal. Saat di luar pusat perbelanjaan di Jalan Bhayangkara, Agnes jalan-jalan ke Balai Kota Samarinda.

Sabtu sore itu, dia bertemu perempuan yang berolahraga. Melihat Agnes berjalan kaki sendiri, perempuan yang tak diketahui namanya itu menawarkan mengantar Agnes ke tempat yang dia tuju, Masjid Al-Musyawarah.

“Agnes bilang, dia tidak mengerti kenapa dia bisa memikirkan masjid itu jadi tujuan,” ucap Iin menirukan kalimat Agnes.

Pagi kemarin, Iin memutuskan menelepon orangtua Agnes. “Telepon diangkat ibunya, kemudian diserahkan kepada ayahnya,” ucap Iin. Pukul 08.00 Wita, Agnes dijemput ayah, paman, bibi, dan sepupunya. Sebelum pergi, Iin berpesan kepada Agnes agar tak mengulangi pelariannya. (*/fch*/dra/fel/zal/k7)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bandung Bakal Punya Skywalk


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler