Desa Cokelat Bali, Destinasi Wisata Paling Dicari

Senin, 01 Maret 2021 – 12:05 WIB
Pengunjung objek wisata "Desa Cokelat Bali" di Desa Cau, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali, Minggu (28/2/2021). (FOTO Antara News Bali/Pande Yudha/2021)

jpnn.com, TABANAN - Objek wisata Desa Cokelat Bali di Desa Cau, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali menjadi destinasi favorit wisatawan maupun warga lokal.

Banyak manfaat yang diperoleh wisatawan berkunjung ke Desa Cokelat Bali. Selain berwisata, juga bisa mengenal lebih jauh tentang cokelat.

BACA JUGA: Pariwisata Bali Bakal Dibuka Kembali, Tetapi Ini Berlaku

"Sejak kami buka pada Oktober 2020, Desa Cokelat Bali kini menjadi destinasi paling dicari oleh wisatawan dan warga lokal," kata pemilik Desa Cokelat Bali, I Wayan Alit Artha Wiguna, di lokasi wisata setempat, Minggu (28/2)

I Wayan Alit Artha mengungkap alasan para pelancong memilih liburan ke Desa Cokelat Bali.

BACA JUGA: Langkah Strategis Ini Bakal Ditempuh Sandiaga untuk Pulihkan Desa Wisata

Selain berwisata, kata I Wayan, para pelancong juga diberikan kesempatan melihat berbagai jenis pohon cokelat.

Pilihan menarik lainnya adalah mencoba tantangan membuat cokelat itu sendiri hingga layak dikonsumsi.

BACA JUGA: Ini Lho Alasan Kenapa Anda Harus Minum Secangkir Cokelat Panas di Pagi Hari

Sebelum menerima tantangan membuat cokelat, para pelancong yang baru tiba di lokasi diajak berkeliling oleh pemandu wisata.

Mereka diajak melihat pohon-pohon cokelat jenis kakao.

Kemudian, melihat proses pembuatan hingga pengemasan cokelat yang siap untuk dikonsumsi di balik kaca ruangan yang sudah disiapkan.

I Wayan Alit Tirtha mengatakan tujuannya mendirikan objek wisata Desa Cokelat Bali adalah untuk mengedukasi wisatawan agar mereka mulai mengenal cokelat dari mulai menanam, mengolah, dan membuatnya.

"Dengan harga tiket Rp 20 ribu per orang, wisatawan akan dikenalkan oleh pemandu berbagai jenis tanaman cokelat dari mulai cokelat lokal dan impor," katanya.

Untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 di objek wisatanya, Wayan memberlakukan protokol kesehatan yang ketat dan pembatasan jumlah kunjungan wisatawan agar tidak menimbulkan kerumunan.

"Mudah-mudahan dengan adanya Desa Cokelat Bali dapat bermanfaat bagi generasi muda, khususnya agar mereka bisa melihat langsung proses pembuatan dan ikut melestarikan hasil produk lokal petani cokelat di Bali," katanya.

Nana, seorang pengunjung mengaku senang bisa berlibur ke Desa Cokelat Bali.

“Bagus dan senang, ini pengalaman pertama yang menyenangkan, jadinya saya tahu sekarang bagaimana membuat cokelat sendiri, nanti ini saya praktikkan di rumah," ujar siswi kelas 3 SD itu. (antara/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler