Desa Perajin Batik Ramah Lingkungan Ada di Tuban

Rabu, 23 Oktober 2019 – 22:09 WIB
Perajin batik ramah lingkungan di Desa Sumurgung, Tuban, Jawa Timur. Foto: Istimewa

jpnn.com, TUBAN - Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) melalui lembaga program Zakat Community Development (ZCD) bersama mitra Sahabat Pulau akan menyelanggarakan ‘Putri Berdikari Batik’ pada esok hari, Kamis (24/10).

Acara bertajuk ‘Eco Fashion Community’ ini diselenggarakan di Balai Desa Sumurgung, Tuban, Jawa Timur. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memperkenalkan Desa Sumurgung di kancah nasional maupun internasional sebagai desa perajin batik ramah lingkungan.

BACA JUGA: Dorong Kemajuan Perajin Batik Tulis Dengan Pembinaan dan Pelatihan

Rangkaian acara tersebut meliputi, seni tongklek dari pemuda Sumurgung, fashion show dari karang taruna Sumurgung, penanaman pohon pewarnaan alami. Kegiatan ini turut menghadirkan SDG’s influencer dari Putri Remaja 2019, serta Putri Pariwisata Indonesia.

Ketua Putri Berdikari Batik Warsimah mengatakan, kelompoknya sudah terampil menghasilkan motif khas Sumurgung, setelah melalui pelatihan dalam beberapa bulan terakhir.“Kami sangat beruntung bisa mendapat ilmu pengetahuan baru lagi tentang batik dan lingkungan hidup,” kata Warsimah dalam siaran tertulisnya, Rabu (23/10).

BACA JUGA: Hari Batik Diperingati di Roma dan Budapest

Dia menambahkan, menghasilkan produk ramah lingkungan melalui program pemberdayaan masyarakat diperlukan usaha ekstra dan pendampingan yang intens.

“Sahabat Pulau Indonesia mendatangkan ahli pendamping masyarakat dengan latar belakang teknik lingkungan untuk live-in atau tinggal bersama dengan warga. Selain pendamping masyarakat, kami turut mengundang para ahli sebagai konsultan yang rutin memberikan pelatihan kepada kelompok ibu-ibu. Pelatihan membuat batik ini dilakukan di Balai Desa Sumurgung maupun di kediaman salah satu pengrajin batik,” jelasnya.

“Sedangkan lonsultan yang diajak kolaborasi ke Sumurgung, di antaranya Nurul Akriliyati (konsultan fashion & tekstil desainer), Ikatri Meynar (pakar ekonomi syariah & micro finance), dan Petra Schneider (pakar marketing & branding),” sambungnya.

Menurut Warsimah, nomor dua setelah minyakbumi, industri fashion merupakan penyumbang polusi terbesar di dunia. Pewarnaan sintetis menjadi salah satu faktor penyebabnya. “Kami yakin langkah kecil melalui pewarnaan alami ini akan mengawali perubahan yang lebih besar. Dimulai dari satu kelompok, harapannya akan membentuk kelompok “Putri Berdikari Batik” lainnya di masa depan,” ucapnya.

Sahabat Pulau Indonesia akan terus berkolaborasi dengan banyak pihak untuk menyukseskan misi membuat karya batik ramah lingkungan. “Mimpi kami selanjutnya adalah membuat sentra edukasi batik ramah lingkungan Sumurgung, dengan kebun pewarnaan alami,” ujarnya.(mg7/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler