Desak Menko Polhukam Tindak Ormas Anarkis

Kamis, 23 Agustus 2012 – 07:17 WIB
JAKARTA – PDI Perjuangan (PDIP) prihatin atas masih maraknya kekerasan berlatar belakang agama yang dilakukan kelompok massa hingga saat ini. Termasuk kasus penyerangan disertai pembakaran atas markas Tarekat At Tijaniyah Mutlak di Cisalopa, Desa Bojong Tipar, Jampang Tengah, Sukabumi, Kamis lalu (16/8).

”PDIP mengecam keras aksi massa itu yang dilakukan pada hari (menjelang) Lebaran,” ujar anggota Komisi III dari PDIP Eva Kusuma Sundari Selasa lalu (21/8).

Eva mengatakan, pihaknya sangat prihatin dengan makin gampang dan permisifnya massa melakukan kekerasan karena tersulut isu hingga berdampak penghilangan nyawa. ”Kehadiran provokator-provokator di tengah masyarakat ini seharusnya sudah diantisipasi kepolisian setempat,” sesalnya.

Sebab, lanjut Eva, ada konsep polsek kuat yang dimiliki Polri, termasuk keberadaan Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) di tingkat desa. 

Pada 16 Agustus lalu, sekelompok massa menyerang dan membakar kompleks permukiman pengikut Tarekat At Tijaniyah. Penyerangan itu mengakibatkan sejumlah korban. ”Sepatutnya Mabes Polri memberikan perhatian khusus kepada wilayah Jabar,” tutur Eva.

Menurut dia, hingga saat ini Jabar tercatat sebagai provinsi yang frekuensi kekerasan berlatar belakang agamanya paling tinggi se-Indonesia. Pihaknya juga meminta Menko Polhukam menyikapi serius fenomena anarkisme berbasis agama seperti yang terakhir terjadi di Cisalopa itu.

”Yaitu dengan membuat kebijakan dan tindakan khusus atas keberadaan ormas-ormas yang sering bertindak sebagai provokator tindakan anarkisme,” tandasnya.
Hal itu penting agar tren tindakan anarkisme berlatar belakang agama bisa segera dihentikan. ”Sehingga tidak menodai upaya membangun RI yang demokratis berdasar Pancasila yang sejalan dengan nilai Islam moderat,” tambahnya.

Di sisi lain, menurut Eva, ormas-ormas besar Islam seperti NU dan Muhammadiyah juga sepatutnya memberikan perhatian lebih atas keberadaan aliran-aliran yang tidak mainstream di masyarakat. Komunikasi perlu lebih intens dilakukan untuk menghindarkan mereka menjadi sasaran kelompok garis keras yang melihat persoalan dari kacamata kuda.

”Kasus yang ada menjadi sinyal adanya hubungan berjarak antara pimpinan agama dan umat sehingga rentan disabot kelompok-kelompok anarkis,” pungkasnya. (dyn/c9/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Puncak Arus Balik H+4 hingga H+6

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler