Detik-detik Aiptu Martua Ditikam Leher, Dada, dan Tangannya

Senin, 26 Juni 2017 – 04:23 WIB
Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Foto: JPG/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Usai ledakan bom di Terminal Kampung Melayu Jakarta di mana polisi menjadi salah satu korbannya, kemarin giliran Mapolda Sumut yang disasar.

Seorang polisi tewas, sementara satu dari dua pelaku ikut tewas setelah diterjang tembakan.

BACA JUGA: Wakapolri Sampaikan Tiga Hal agar Anggotanya Terhindar dari Penyerangan

Kapolri Jenderal Tito Karnavian Menuding Jamaah Anshorut Daulah (JAD) sebagai dalang dari aksi teror tersebut. Kelompok tersebut memiliki intel dan berniat menyerang Mapolda Sumut.

’’Dua minggu lalu tiga orang ditangkap, yang sekarang ini sisa selnya,’’ ujar Tito di sela open house Presiden di Istana Negara kemarin (25/6).

BACA JUGA: Hidayat Nur Wahid Berharap Polisi Berlaku Profesional

Polisi, lanjut Tito, masih menjadi sasaran utama jaringan tersebut. Dalam keyakinan kelompok itu, polisi termasuk institusinya adalah kafir harbi, yang bagi mereka berarti harus diperangi. Sebab, polisi terus memerangi jaringan kelompok tersebut.

Polisi menjadi prioritas sasaran mereka dibandingkan lainnya. Karena itulah, Polda Sumut menjadi sasaran.

BACA JUGA: Pak RT Beber Perilaku Pelaku Penyerangan Mapolda Sumut, Ternyata....

Saat ini, satu pelaku yang selamat sedang menjalani perawatan yang bakal dilanjutkan dengan pemeriksaan.

Tito menolak memerinci informasi yang didapat dari tiga pelaku yang tertangkap lebih dahulu maupun yang baru saja ditangkap.

Alasannya, itu sama saja dengan memberitahu strategi polisi terhadap jaringan mereka.

Yang jelas, tambahnya, pengamanan jajaran Polri secara keseluruhan kini diperketat. ’’Saya sampaikan ke jajaran Polda, kepolisian sudah memperkuat pengamanan masing-masing satuan, kantor, maupun pribadi masing-masing,’’ tutup mantan Kapolda Metro Jaya itu.

Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto menjelaskan, aksi teror di Mapolda Sumut terjadi Sabtu dini hari (25/6). ”Tadi jam 03.00 WIB ada serangan,” kata dia kepada wartawan kemarin.

Dua terduga teroris masuk melalui gerbang pintu tiga yang biasa digunakan sebagai jalan keluar. Mereka nekat memanjat gerbang tersebut untuk menyerang petugas yang berjaga.

Menurut pria yang akrab dipanggil Setyo itu, tidak kurang empat personel bertugas di pos pintu tiga. Namun hanya Aiptu Martua Sigalinging yang berada di dalam pos.

Tiga petugas lain sedang melakukan kontrol dan patroli. Karena itu, hanya Aiptu Martua yang menjadi sasaran.

”Yang diserang itu yang di dalam sedang istirahat,” ucap perwira tinggi Polri dengan dua bintang di pundak itu.

Kedua terduga teroris menyerang Aiptu Martua menggunakan sejata tajam. Mereka menikam leher, dada, dan tangan anggota Pelayanan Markas (Yanma) Polda Sumut itu sambil memekikkan takbir.

”Saat diserang, Aiptu Martua gugur,” sesal Setyo. Luka akibat tikaman senjata tajam tidak kuasa ditahan oleh Aiptu Martua hingga dia menghembuskan napas terakhir.

Menyadari serangan tersebut, Brigadir Ginting yang berada di luar pos tiga berteriak untuk meminta bantuan kepada anggota Brigade Mobil (Brimob) yang tengah berjaga di pos pintu satu.

”Anggota Brimob itu ambil tindakan,” jelas Setyo. Tindakan pertama yang dilakukan adalah tembakan peringatan. Namun tidak diindahkan oleh kedua terduga teroris.

Karena itu, angota Brimob tersebut memutuskan untuk melumpuhkan kedua terduga teroris. ”Satu tewas, satu kritis,” ujar Setyo.

Anggota Brimob yang melumpuhkan kedua terduga teroris adalah Brigadir Novendri Sinaga, Bharatu Lomo Simanjuntak, dan Brigadir Karo.

Sampai tadi malam, kedua terduga teroris itu masih dalam penanganan Polda Sumut.

Namun demikian, Setyo belum bisa mengungkap identitas kedua terduga teroris itu secara detail. ”Keduanya masih diidentifikasi,” terang dia. Demikian pula senjata tajam yang dipakai untuk menikam Aiptu Martua.

”Sedang didalami Densus 88 Antiteror,” imbuhnya. Mereka juga menggeledah tempat tinggal kedua terduga teroris tersebut.

Setyo mengungkapkan, Bahrun Naim sudah mengimbau agar anggota kelompok atau jaringan teroris terafiliasi ISIS di Indonesia melakukan amaliah sebelum serangan di Mapolda Sumut terjadi.

Tidak harus menggunakan bom, amaliah boleh dilakukan dengan cara apapun. ”Kalau nggak punya bom pakai senjata apa saja untuk menyerang. Itu yang dilakukan di Medan (Mapolda Sumut),” terangnya.

Selain identitas kedua terduga teroris yang belum dapat diungkap secara rinci, Polri juga belum bisa memastikan kedua terduga teroris itu berasal dari jaringan mana.

Namun, besar kemungkinan mereka masih satu jaringan dengan tiga teroris yang ditangkap Selasa (6/6). Yakni Kelompok Anshorut Daulah Medan. ”Kelihatannya masih satu kelompok,” jelas Setyo.

Tentu mantan wakabaintelkam Polri itu tidak sembarangan berujar. Pasca penangkapan tiga teroris tersebut, serangan dilakukan ke Mapolda Sumut.

Sebelumnya, tiga terors ditangkap lantaran terdeteksi hendak melakukan aksi teror dengan menyurvei Mako Brimob Sumut.

Namun serangan malah dilakukan ke Mapolda Sumut. ”Terbukti ada dua orang langsung serang,” kata Setyo.

Guna mengantisipasi serangan susulan, Polri meningkatkan keamanan. Baik mapolsek, mapolres, mapolda, maupun Mabes Polri.

”Kami tetap waspada. Kemungkinan serangan terhadap Polri masih tetap ada,” jelasnya. (byu/syn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Percetakan Buku Berlogo ISIS di Rumah Penyerang Mapolda Sumut Digerebek Polisi


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler